Rais 'Aam Minta NU Luar Negeri Terapkan Dakwah ala Wali Songo
Senin, 14 Juni 2021 | 09:59 WIB
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar meminta ketua dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) seluruh dunia menjadi agen dakwah yang memberikan solusi dalam kekacauan masyarakat dunia.
Solusi yang dimaksud yaitu memberikan alternatif model dakwah ala NU. Sehingga Islam tidak ditakuti, tapi diminati. Hal ini juga untuk mengimbangi narasi dakwah yang keras.
Permintaan ini disampaikannya saat Halal Bi Halal PCINU seluruh dunia virtual, Ahad (13/6) yang mengangkat tema Sinergitas PCINU dalam meningkatkan peran aktif di kancah Internasional.
"Saya berharap, di negara lain bisa berjuang dengan tetap mensyiarkan NU, seperti Wali Songo yang berdakwah di daerah yang tidak mengenal Islam menjadi Negara Muslim terbesar di dunia. Ini sebuah tugas yang berat," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini juga meminta kader NU di berbagai negara untuk memanfaatkan kesempatan belajar sekaligus dakwah ala NU. Mendatangkan kedamaian dan pembawa solusi.
"Ayat pertama yang turun memerintahkan kita untuk membaca, selama di luar negeri baca alam sekitar dan keadaan. Manfaatkan semua yang ada," imbuhnya.
Permintaan Kiai Miftach agar kader NU Internasional menyebarkan dakwah ala NU ini karena manusia saat ini banyak yang kehilangan pegangan. Perubahan terjadi begitu cepat. Sikap manusia juga tidak jelas, seperti orang mabuk. Sifatnya tidak bisa dipercaya, kehilangan pegangan, buat keonaran dan kegaduhan.
"NU hadir merubah atau merehabilitasi orang yang sulit keluar dari zaman yang tidak jelas ini. Referensinya orang kini adalah kabar hoaks, tanpa tabayun dan koreksi," jelas Kiai Miftach.
Alasan lainnya, menurut Kiai Miftach, karena NU memiliki model dakwah yang bisa diterima semua orang. Bukan hanya masyarakat Indonesia, tapi dunia. Karena Jam'iyah Nahdlatul Ulama ini tidak sembarangan, karena SK-nya dari para aulia.
Kiai Miftach mengingatkan bahwa kelahiran NU ditandai dengan isyarat dari Syaikhona Kholil yang mengirim bekal dakwah kepada Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy'ari berupa Surat Thaha ayat 17-23, tongkat, dan tasbih. Ini adalah isyarat untuk mendirikan jam'iyah dan menjadikan anak bangsa yang berpengetahuan luas. Sakti layaknya tongkat Nabi Musa dan spiritual yang diwakili tasbih serta ilmu pengetahuan.
Surat Thaha ayat 17-23 sendiri adalah dialog antara Allah dan Musa. Dalam ayat itu memberi isyarat jika Musa akan diberikan tugas besar dan penuh tantangan.
"Ada tugas dan misi luar biasa bagi pimpinan dan pengurus NU untuk terus menyebarkan dakwah yang bisa diterima seluruh lapisan, dakwah yang mengajak bukan mengejek, dakwah merangkul bukan memukul, dakwah yang mendidik bukan membidik, dakwah yang membina dan bukan yang membinasakan," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua