Nasional HARLAH KE-70 SARBUMUSI

Sarbumusi Suarakan Jalan Tengah Teknologi AI dan Rantai Pasok Ketenagakerjaan

NU Online  ·  Jumat, 26 September 2025 | 20:00 WIB

Sarbumusi Suarakan Jalan Tengah Teknologi AI dan Rantai Pasok Ketenagakerjaan

Presiden Konfederasi Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi), Irham Ali Saifuddin. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Presiden Konfederasi Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Irham Ali Saifuddin mengungkapkan, salah satu isu besar yang menjadi perhatian Sarbumusi dalam peringatan tujuh dekade ini adalah perkembangan teknologi, termasuk mekanisasi dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). 


Irham memandang bahwa teknologi, yang semula dirancang untuk mempermudah pekerjaan manusia dan meningkatkan produktivitas dalam siklus produksi, kini justru menunjukkan kecenderungan menggantikan peran manusia dalam rantai pasok ketenagakerjaan.


Hal itu disampaikannya saat wawancara eksklusif bersama NU Online tentang Hari Lahir (Harlah) ke-70 Sarbumusi dengan tema Sarbumusi Berbudaya, Sarbumusi Berdaya di Lantai 5 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat pada Kamis (25/9/2025).


"Produktifitas itu merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan oleh kemanusiaan. Ketika kita berbicara tentang artificial intelligence, seharusnya dalam satu tarikan nafas kita juga harus berbicara bagaimana kesejahteraan buruh itu bisa secara inklusif bisa dimasukkan ke dalam strategi aplikasi dari AI," tegasnya.


Sarbumusi melihat pentingnya membangun kesadaran baru, baik di kalangan pengambil kebijakan nasional maupun global, tentang perlunya merumuskan kembali apa yang disebut sebagai jalan tengah. 


Menurut Irham, produktivitas tidak boleh dipisahkan dari nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, lanjutnya, setiap pembahasan mengenai AI dan teknologi seharusnya selalu disertai dengan pembicaraan tentang kesejahteraan buruh secara inklusif sebagai bagian dari strategi implementasi teknologi tersebut.


"Sarbumusi melihat AI dan kemanusiaan itu harus dimaknai satu tarikan nafas tidak boleh saling menggergaji, tidak boleh saling melukai, atau mengurangi. AI, teknologi, otomisasi, robotisasi, harus digunakan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan manusia bukan untuk menghilangkan pekerjaan," jelasnya.


Irham menyampaikan bahwa organisasi ini merupakan salah satu dari sedikit konfederasi serikat buruh yang secara nyata memiliki keberpihakan terhadap sektor-sektor tersebut, sehingga merasa bertanggung jawab untuk menyampaikan gagasan dan harapan menyangkut kesejahteraan para pekerja di dalamnya.


Lebih jauh, Irham juga menyoroti konteks global yang saat ini menghadirkan tantangan besar. Situasi geopolitik internasional yang tidak stabil dinilai berdampak langsung pada kondisi ekonomi makro dunia. 


Ketika perekonomian global melemah, katanya, hal ini akan mempengaruhi laju penciptaan lapangan kerja di berbagai negara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, Irham menilai penting untuk terus memperjuangkan model-model perlindungan ketenagakerjaan yang adaptif terhadap situasi ini.


"Kalau ekonomi makro global buruk tentu penciptaan lapangan kerja juga tentu seret," terangnya.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang