Silatnas Ke-4 Bu Nyai Nusantara Bahas Transformasi Pesantren, Merawat Tradisi, Membangun Inovasi
NU Online · Ahad, 2 November 2025 | 15:00 WIB
Acara Silaturahmi Nasional Ke-4 Bu Nyai Nusantara Halaman Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (1/11/2025) malam. (TVNU/Miftah)
Rikhul Jannah
Kontributor
Bantul, NU Online
Acara Silaturahmi Nasional Ke-4 Bu Nyai Nusantara membahas tema Transformasi Pesantren: Merawat Tradisi, Membangun Inovasi. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa forum silaturahmi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat konsolidasi dunia pesantren di tengah arus perubahan zaman.
“Alhamdulillah, ini ada konsolidasinya ibu nyai. Mudah-mudahan bisa menjadi katalisator untuk konsolidasi dunia pesantren dalam membangun transformasi menuju masyarakat pesantren di masa depan, insyaallah,” ujarnya di Halaman Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (1/11/2025) malam.
Senada, Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Nyai Ida Rufaida Ali berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pertemuan, tetapi juga mempererat persaudaraan antar pengasuh pesantren.
“Mudah-mudahan acara ini membawa kesan yang indah dan manfaat yang besar bagi kita semua. Karena Insyaallah, kebersamaan kita dalam dua hari ini bukan sekadar pertemuan biasa, tapi juga bisa menjadi ajang reuni dari berbagai pesantren,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas menegaskan bahwa pesantren memiliki peran strategis sebagai penjaga moral bangsa.
“Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan. Pesantren adalah penjaga moral bangsa. Dari sinilah lahir generasi yang berakhlak, berilmu, dan berjiwa pengabdian,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa sejak era reformasi tahun 2000, gerakan pesantren semakin kuat dan inklusif. Hal ini ditandai dengan lahirnya Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pada tahun 2017, yang menjadi forum nasional pertama bagi ulama perempuan untuk merumuskan fatwa dan agenda umat berbasis keadilan gender.
“Gerakan ini menandai babak baru peran perempuan pesantren sebagai pemimpin intelektual dan moral dalam masyarakat Islam Indonesia kontemporer,” ujarnya.
Menurutnya, dukungan terhadap perempuan pemimpin pesantren bukan hanya persoalan kesetaraan, tetapi juga bagian dari strategi pembangunan bangsa.
“Perempuan pengasuh pesantren adalah figur penggerak yang membentuk karakter perempuan santri agar berdaya, berpengetahuan, dan mandiri tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman dan tradisi pesantren,” tegas GKR Hemas.
GKR Hemas menilai bahwa forum Bu Nyai Nusantara merupakan ruang penting untuk memperkuat jaringan kepemimpinan perempuan pesantren, from the margin to the center, dari pinggiran menuju posisi strategis dalam pengambilan keputusan nasional.
Acara tersebut resmi dibuka oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Stauf, Katib Syuriyah PBNU KH Hilmy Muhammad, Ketua RMI PBNU KH Hodri Arief, Ketua RMI PWNU DIY KH M Nilzam Yahya, Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Nyai Ida Rufaida Ali, dan Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas.
Terpopuler
1
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
2
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
5
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
6
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
Terkini
Lihat Semua