Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Indonesia digadang akan mencapai masa keemasan pada tahun 2045 tepat saat usia kemerdekaan mencapai 100 tahun. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas perlu pendekatan yang terintegrasi dalam siklus atau perjalanan hidup generasi saat ini dengan cara didesain dan by attention.
“Kalau kita bicara persiapan generasi, maka dimulai dari sejak dalam kandungan, asuhan, masuk usia pendidikan dasar, pendidikan tinggi sampai usia produktif. Jadi roadmap atau grand design penting untuk melahirkan generasi emas,” ujar R Gatot Prio Utomo dalam acara Road to Muktamar NU Ke-34 bertajuk NU dan Tantangan Penyediaan Tenaga Kerja Profesional disiarkan melalui facebook NU Online, Kamis (25/11/2021).
Ketua Umum NU Circle (Masyarakat Profesional Santri) ini menyampaikan fakta yang terjadi di lapangan saat ini menurutnya Indonesia tengah menghadapi dua persoalan.
Pertama, kesehatan yang masih memerlukan penanganan serius. Kedua, kualitas sumber daya manusia (SDM) masih buruk atau memprihatinkan. “Inilah tantangan besar bagi Nahdlatul Ulama dalam membangun generasi emas dengan menyiapkan SDM yang jauh lebih kompetitif,” ucap Gus Pu, sapaan akrabnya.
“Pertanyaannya, apakah antarlembaga bisa bekerja sama dengan baik sehingga dapat mensinergikan roadmap SDM yang optimal? Itulah yang akan menjadi tantangan kita ke depan,” imbuhnya.
Sementara itu, dilihat dari rantai pasok SDM, sebetulnya NU punya organisasi yang fokus di berbagai aspek. Misalnya di bidang kesehatan, NU punya Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), Asosiasi Rumah Sakit NU, dan Perhimpunan Dokter NU. Di bidang pendidikan NU punya lembaga Ma’arif, Pergunu, dan di bidang profesi ada Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.
Lebih jauh ia menyampaikan hasil World Ekonomi Forum 2020 mencatat ada kecakapan-kecapakan pada abad 2021 yang harus diperhatikan dalam menyiapkan generasi emas. Pertama, bernalar kreatif dan inovatif sehingga anak wajib melek dasar matematika, sains dan membaca.
Kedua, melahirkan pribadi unggul. Artinya, sambung dia, setiap anak mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik serta menjadi pemimpin yang berakhlak mulia. “Ini modal dasar alumni pesantren untuk membangun SDM Nahdliyin,” paparnya.
Ketiga, melek digital. Tanpa itu maka nalar sehat dan pribadi unggul tidak berguna. Oleh karena itu ia mengajak pengurus NU untuk komitmen dan berkontribusi secara optimal untuk mengawal dan melahirkan generasi emas Nahdliyin sebab mereka akan menjadi pilar 100 tahun kemerdekaan Indonesia.
“Waktu kita tidak banyak tapi saya rasa PBNU punya organ untuk melakukan semuanya tinggal apakah bisa dikolaborasi, orkestrasi, disinergikan dan personilnya mampu menyingkirkan ego pribadi dan kepentingan diri sendiri untuk kemudian berkhidmah bersama menyiapkan generasi emas ini,” tambahnya.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syamsul Arifin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua