Nasional

Telaah Kesehatan di Indonesia, NU Circle Gelar Forum Kesehatan Nusantara 2020

Jumat, 20 November 2020 | 15:00 WIB

Telaah Kesehatan di Indonesia, NU Circle Gelar Forum Kesehatan Nusantara 2020

Poster Forum Kesehatan Nusantara (FKN) 2020. (Foto: NU Online/Faizin)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Jaringan Masyarakat Profesional Nahdliyin (NU Circle)  dr R. Gatot Prio Utomo mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia memiliki kurang lebih 15.000 fasilitas kesehatan tingkat pertama yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Indonesia juga memiliki 160.000 dokter umum dan spesialis dan 230 juta penduduk Indonesia telah terdaftar dalam sistem jaminan kesehatan nasional (JKN).  


Namun angka kematian ibu dan angka kematian bayi Indonesia mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup dan 27 per 1000 kelahiran, dan itu merupakan tertinggi di ASEAN.


“Padahal kedua variabel ini termasuk ke dalam indikator kemajuan suatu bangsa di dunia,” katanya saat membuka Forum Kesehatan Nusantara 2020 di Jakarta, Jumat (20/11).


Selain itu, lanjut pria yang karib disapa Gus Pu ini, masih tingginya angka kejadian stunting saat ini yakni sebesar 30,8 %, akan menjadi beban tersendiri dalam menuju Indonesia emas tahun 2045.


“NU circle mencoba untuk menelaah, dan menggali beberapa bagian permasalahan dalam sistem kesehatan Indonesia, dalam rangka membantu pemerintah untuk menata ulang ketahanan kesehatan di Indonesia,”ujarnya dalam rilis yang diterima NU Online.  


Sesuai misi besar di bidang kesehatan,  NU Circle serius memastikan terciptanya generasi emas Indonesia yang sehat sehingga dapat memimpin bangsa di masa yang akan datang. Salah satu langkah penting NU Circle bagi masyarakat dan pemerintah dalam membangun Strategi Kesehatan Nasional  (Strakesnas) 2024  adalah menggelar Forum Kesehatan Nusantara (FKN) 2020.


“Kegiatan ini membantu pemerintah untuk menggali masukan, mengupas dan memetakan masalah ketahanan kesehatan Indonesia, saran atau review kebijakan, dan memberikan gambaran dan tantangan ekosistem kesehatan di masa depan,” tambah Gus Pu.


Tiga Beban Indonesia
Sementara itu,  Ketua Forum Kesehatan Nusantara Prof Budi  Wiweko mengungkapkan bahwa di tengah era revolusi industri 4.0, Indonesia memiliki tiga permasalahan besar kesehatan yakni penyakit infeksi, penyakit tidak menular dan penyakit new emerging.


Data riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan buruknya semua indikator penyakit degeneratif, mulai dari obesitas, kebiasaan merokok, anemia pada ibu hamil, hipertensi, penyakit ginjal kronik, dan kencing manis.  


“Tidak kurang dari 21.8% proporsi penduduk Indonesia yang mengalami obesitas, 2 persen prevalensi kencing manis serta 3.8 per mil penderita penyakit ginjal kronik pada populasi di atas usia 15 tahun. Angka ini tergolong cukup tinggi bila dibandingkan dengan prevalensi di negara tetangga atau pun negara maju di dunia,” ujarnya.  


Di sisi lain penyakit infeksi tuberkulosis dan demam berdarah masih menjadi stigma menakutkan dengan case fatality rate yang cukup tinggi di Indonesia.  Bahkan saat ini Indonesia masih bercokol pada peringkat kedua untuk prevalensi tuberkulosis di dunia, bersaing ketat dengan India.  


Sementara itu meningkatnya angka harapan hidup serta berkah keberhasilan program keluarga berencana akan membawa Indonesia pada bonus demografi tahun 2030.  


“Kurang lebih 15 persen populasi Indonesia atau sekitar 45 juta penduduk pada tahun 2030 merupakan kelompok usia lanjut, yang bila tidak disiapkan dengan baik akan menjadi beban bagi negara kita tercinta ini,” katanya.


Tahun 2019, lanjutnya, indeks pembangunan manusia Indonesia sebesar 0.694  yang termasuk klasifikasi medium. Ini menempati peringkat 116 bersama Vietnam dari 189 negara di dunia. Parameter yang sangat menentukan dalam indeks ini adalah tingkat pendidikan dan kesehatan.


Sehingga menurutnya, sektor kesehatan dan pendidikan harus menjadi prioritas bagi bangsa ini ke depan.  Pandemi Covid-19 telah membuka mata bangsa Indonesia, bagaimana rapuhnya ketahanan kesehatan di negeri ini, bagaimana sistem tersebut diuji oleh keadaan pandemic covid-19. Lemahnya ketahanan ini bisa terlihat dari ketersediaan APD, ruang isolasi, ruang ICU, ventilator, obat-obatan anti virus, pengolahan data yang masih perlu ditingkatkan.  


Permasalahan inilah yang akan dibahas dalam Forum Kesehatan Nusantara 2020 yang dikemas dalam berseri mulai 20 November 2020 hingga 29 Januari  2021. Webinar mengambil tema strategis yakni Menelaah dan Menata Ulang Ketahanan Kesehatan Indonesia.


Acara webinar ini menghadirkan para profesional di bidang kesehatan seperti dr. Ivan Rizal Sini (Chairman of Bunda Hospital Grup), Prof  Mardarina Julia (PDNU),  Prof Raldi Artono Koestoer (Guru Besar FTUI-Penggagas Inkubator Gratis),  dr. Dicky Pelupessy (NU Circle), dr. Dripa Sjabana (PDNU),  Ariadi Anaya (Ketua Pokja Ekonomi Digital NU Circle), dan dr. Ined  Wan Nedra (PDNU).


Ada juga Prof Fasli Jalal (Rektor  YARSI), dr. Heri Munajib (PDNU),  dr. Arif  Wibowo, (PCINU Belgia/PDNU), dr. Daeng M Faqih (PDNU),  Berly Martawardaya (Wakil Ketua Umum NU Circle), dr. Armyn Nurdin (PDNU), dr. Ahmad Syaq (NU Circle), dan Prof Ari Fahrial Syam (Dekan FKUI).  


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Aryudi A Razaq