Syifa Arrahmah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Badan Kerja sama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Jawa Tengah, Hj Nawal Nur Arafah Yasin berbagi tips parenting ala pesantren dalam metode pengasuhan anak. Pertama, dengan menjaga fikrah islamiyah melalui pengenalan kitab-kitab klasik, seperti, kitab Aqîdatul ‘Awâm.
"Jadi, karena di lingkungan Sarang itu setiap maghrib wajib ketika mau shalat berjamaah membaca kitab Aqîdatul ‘Awâm," kata Hj Nawal di acara diskusi parenting secara virtual yang diselenggarakan oleh Semesta Kreatif Alala Kids, Sabtu (10/4).
Menurut Hj Nawal tidak ada proses menghafal secara khusus bagi anak-anaknya semua dilakukan mengikuti jadwal kegiatan para santri di pondok. Tetapi karena dilakukan secara kontinu, akhirnya terbentuk habituasi yang mampu memperkuat hafalan anak-anaknya.
"Kemudian kita bacakan Sirah Nabawi (kisah para Nabi). Jadi, memang setiap malam itu ada ritual membaca Sirah Nabawi," tuturnya.
Selain itu, istri dari Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen ini menyampaikan bahwa lingkungan pesantren dan para santri lah yang mempermudah pembentukan karakter anak-anaknya, selain pembiasaan nilai-nilai ubudiyah, metode Tahfidz pun bisa dengan mudah dipahami bila dilakukan secara berbarengan mengikuti jadwal kegiatan para santri.
"Kedua, adalah bagaimana saya bisa mengembangkan potensi pikir, karsa, dan rasa anak. Potensi ini selain di sekolah formal tapi saya coba menggali apa sih potensi anak-anak ini dengan tidak memaksa memberikan apa yang saya inginkan," lanjutnya.
"Misalnya, anak saya yang pertama cenderung suka membuat satu karya dari bahan-bahan bekas, kemudian saya dampingi melalui pembelajaran lewat Youtube atau saya belikan buku-buku tentang itu," imbuhnya.
Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar 4 Sarang, Hj Nawal menerangkan poin ketiga pola pengasuhan agar anak cinta ilmu dan ibadah ini dengan membangun budi pekerti baik yang disampaikan lewat bacaan-bacaan ringan tentang pengelolaan emosi anak sehingga anak bukan hanya paham, namun, dapat mengimplementasikan apa yang mereka tangkap dalam kesehariannya.
"Saya menerapkan menjadi satu habit (kebiasaan), paling tidak satu bulan dia bisa melakukan itu dengan baik, kemudian setelahnya tanpa disuruh alhamdulillah bisa melakukannya sendiri. Nah, ini juga perlu kerja keras untuk bagaimana bisa menjadi satu habit yang positif bagi anak," ungkapnya.
Selanjutnya, yang tak kalah penting menurut Hj Nawal adalah kesehatan psikologis dan fisik anak menjadi bagian penting dalam pengembangan potensi yang mereka miliki dengan tidak terlalu banyak memberikan tekanan.
"Jadi, secara garis besar saya harus menjaga bagaimana fikroh Islamiyah, bagaimana tadi potensi pikir,rasa, karsa dan kerja, dan yang terakhir bagaimana saya menyematkan kesehatan, dan tentunya kembali lagi dalam pola pengasuhan ini yang penting memberikan kontribusi banyak dengan menjadikan buku sebagai pendamping, bahkan bisa mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami anak dalam melewati proses tumbuh kembangnya," katanya.
Ning Raudloh Quds yang juga hadir dalam acara seminar ini pun membenarkan bahwa lingkungan pesantren membawa pengaruh yang sangat baik bagi tumbuh kembang anak dari segi ibadah hingga kegiatan sehari-hari.
"Jadi, semua kegiatan yang mereka sedang lakukan main, atau baca buku, atau nonton tv langsung ikut berhenti dan harus ikut shalat berjamaah, jadi itu yang juga turut memudahkan kami," kata Ning Raudloh yang juga putri Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua