Muhammad Aiz Luthfi
Kontributor
Jakarta, NU Online
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Anre Gurutta Haji (AGH) Sanusi Baco merupakan sahabat dekat yang sudah terjalin sejak masih muda, tepatnya ketika dua ulama karismatik tersebut sama-sama belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Saat di Mesir, AGH Sanusi Baso dan Gus Dur hampir setiap hari bertemu sebab tinggal di satu asrama yang bernama Madinatul Bu'uts Al-Islamiyah, kebetulan kamar keduanya saling berdekatan, komunikasi dan interaksi keduanya pun semakin intensif.
Seiring berjalannya waktu, persahabatan AGH Sanusi Baco dan Gus Dur semakin erat bahkan berawal dari persahabatannya dengan Gus Dur itu kemudian membuat Gurutta Sanusi Baco bertekad untuk berkhidmah di NU.
Salah satu kisah yang selalu diingat oleh Gurutta Sanusi adalah kecerdasan Gus Dur dalam mengurai cerita humor. Ulama kelahiran Maros, 4 April 1937 tersebut sering mendengar cerita humor dari Gus Dur. Gurutta heran, setiap hari selalu saja ada cerita humor yang berbeda.
“Gus Dur adalah orang besar sebab dia mampu membuat perubahan, orang besar sekalipun tubuhnya kecil dia mampu membuat perubahan, sebaliknya orang kecil adalah walaupun badannya besar dia dibuat oleh perubahan,”ucap AGH Sanusi Baco saat menyampaikan taushiyah dalam acara Sewindu Haul Gus Dur, di Jakarta pada tahun 2017 lalu.
Dalam kesempatan tersebut, AGH Sanusi Baco mengingatkan bahwa kematian sebenarnya adalah makhluk yang tidak perlu ditakuti, sebagaimana kehidupan ini juga adalah makhluk.
Selain itu, ia juga pernah menjadi pemimpin spiritual masyarakat di Sulawesi Selatan, yaitu Rais Syuriyah PWNU Sulawesi Selatan. Gurutta juga dipercaya sebagai Ketua MUI Sulawesi Selatan, Ketua Umum Yayasan Masjid Raya Makassar. Ia aktif mengasuh Pesantren Nahdlatul Ulum, salah satu pesantren milik Nahdlatul Ulama di Kabupaten Maros.
Khidmatnya kepada umat sangat luar biasa sehingga ia diberi gelar Anre Gurutta. Bagi masyarakat Bugis Makassar, biasanya istilah ini ditujukan kepada tokoh Ulama yang telah menempati status sosial yang sangat tinggi dan telah mendapat tempat serta kedudukan terhormat.
“Hidupnya telah diabdikan untuk memperjuangkan dan mengembangkan NU terutama untuk Indonesia kawasan timur. Sehingga tak heran jika sosoknya selalu menjadi rujukan penting,” kata staf Syuriyah PBNU KH Mahbub Maafi Ramdhan.
Saat Muktamar NU ke-33 NU tahun 2015 di Jombang Jawa Timur, Gurutta Sanusi adalah salah satu anggota Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) yang bertugas menunjuk Rais Aam PBNU. Kini, Gurutta Sanusi telah tiada, beliau wafat di usia 84 tahun.
Kontributor: Aiz Luthfi/Alhafiz K
Redaktur: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua