Anda yang mungkin tak punya bakat bisnis, perlu membaca buku ini. Supaya Anda mafhum, bahwa seorang pebisnis sejati ternyata membentuk dirinya sendiri—bersama alam yang menaunginya.
Ren Muhammad
Kolomnis
Dua dekade ini, sejarah dunia dihiasi oleh fenomena perusahaan Alibaba—yang namanya memang terinspirasi dari kisah Seribu Satu Malam dari Baghdad. Pendirnya, mantan seorang guru bahasa Inggris yang kemudian menjelma jadi sosok penting dalam kancah perekonomian global. Semua orang terdekatnya masih tak percaya jika ia bisa berada pada posisinya yang sekarang. Malahan, Jack Ma sendiri tak pernah mau menjadi orang terkaya. Jangankan tingkat dunia, setingkat RT pun ia ogah.
Ia mengidamkan hal yang begitu sering diabaikan banyak orang yang mengaku kaya, “Hal terpenting dari sebuah rumah adalah tempat tidur yang baik, dengan istri yang baik di atasnya!” tegas Jack Ma berulang kali dalam pidato-pidatonya. Beruntunglah ia memiliki Zhang Ying yang baik, rekan sekampusnya ketika berkuliah di Universitas Normal Hangzhou. Jika tidak, maka kita akan mengenal Jack Ma sebagai filsuf China daratan. Kata Sokrates, “Istri yang baik akan membuatmu berbahagia, dan istri yang buruk akan membentukmu sebagai filsuf.”
Jack Ma, pendiri dan CEO perusahaan e-commerce, terbesar di China, dikenal sebagai sosok cerdas sarat talenta. Di tangannya, omzet Alibaba diperkirakan lebih besar dari penghasilan gabungan dua perusahaan raksasa Amerika, eBay dan Amazon.com. Namun, siapa nyana jika salah seorang terkaya di dunia ini juga menggemari novel-novel silat, dan kerap kali berkhayal menjadi pendekar. Bahkan, nama-nama ruangan di dalam gedung Alibaba ia namai dengan nama-nama layaknya di perguruan Taichi.
Impiannya menjadikan Alibaba sebagai perusahaan swasta terbesar di China, sungguh benar menjadi kenyataan! Tak hanya itu, Alibaba menjadi perusahaan e-commerce terbesar di China yang go-publik di pasar New York dan menjadi salah satu penawaran awal terbesar dalam sejarah pasar modal Amerika. Alibaba sebagai buah manis dari kerja keras, bukan hanya menjadi simbol kesuksesan pendirinya, tetapi juga telah membantu menelurkan ribuan bisnis sukses lain di seantero dunia. Ya, Jack Ma memang sosok yang begitu besar dengan kemampuan yang terkadang terlihat sangat tidak wajar. Ia adalah keajaiban zaman kita.
Kini ia dijuluki Jack si Gila, lantaran kepribadiannya yang melawan kebiasaan awam. Ia menjadi begitu terkenal di dunia Barat setelah membawa perusahaan China-nya menantang para raksasa, seperti Facebook dan Google. Jika Facebook punya WhatsApp, maka Jack Ma punya Laiwang. Padahal secara pengalaman, ia sama sekali tak pernah mengenyam pendidikan internet secara memadai sebagaimana Zuckerberg dan Larry Page. Ia otodidak sejati dalam ranah ini. Tak jauh beda dengan apa yang pernah diutarakan Pavel Durov sang pendiri Telegram—tentang dirinya sendiri, ia lebih pantas disebut totem dunia internet.
Jack Ma sering didatangi orang dan diminta menandatangani buku tentang dirinya—membuat ia tak enak hati karena sebenarnya tidak tahu menahu isi buku yang disodorkan. Namun buku yang berjudul Jack Ma: Sisi-sisi Tak Terduga Sang Godfather Bisnis China (Noura Books, 2017) ini agak berbeda. Penulisnya berkarib kental dengan objek tulisannya. Pun tak pernah berniat menjadi penulis, toh tulisan yang mengalir dari rekam jejak ingatannya, memang berhasil menggugah pembaca ke dalam relung terdalam yang selama ini tak terjamah para kuli tinta.
Suatu hari, Chen Wei, menyodorkan sebuah draf naskah kepada Jack Ma—saat mereka sedang berlibur ke Maladewa. Mr. Ma terkejut karena sahabat sekaligus asistennya itu sanggup mengingat rentetan kejadian dan rincian yang terjadi bertahun-tahun lalu dengan sangat jelas. Itulah yang digambarkan secara jujur dan jenaka dalam buku ini. Penulis menyaksikan sendiri transformasi Jack Ma dari seorang guru bahasa Inggris sederhana, yang kemudian mendirikan Agensi Penerjemahan Harapan Hangzhou, menjadi salah satu sosok pria paling berpengaruh di dunia.
Sejatinya, Chen Wei adalah Orang Ali (Alier) yang paling tidak berambisi. Orang Ali adalah cara Jack Ma menyebut punggawa Alibaba. Ia lulus dari Jurusan Ilmu Informasi dan Teknik Elektro, Universitas Zhejiang, pada 1988. Empat tahun berselang, ia mengikuti Klub bahasa Inggris Hangzhou yang diampu Jack Ma. Tahun 1995, Jack Ma memulai karir bisnisnya dengan China Pages dan meninggalkan klub bahasa itu. Namun, ia tetap berhubungan dekat dengan Chen dan semua muridnya. Barulah pada April 2008, Chen Wei bergabung dengan Alibaba Group dan hingga sekarang, menjadi asisten Jack Ma. Sebelum itu, Chen pernah berada dalam tim produksi dari beberapa serial televisi yang populer di China, seperti Sword Stained with Royal Blood, The Deer and the Couldron, dan Paladins in Troubled Times.
Bagi Anda yang tumbuh semasa dengan era film Tiongkok semacam Pedang Pembunuh Naga, Return of The Condor Heroes, dan sebagainya, pada masa itulah Chen dan Jack mulai bersentuhan secara emosional. Ia jadi tahu dari jarak dekat, betapa Mr. Ma sangat mengidolakan para pendekar China dan teramat sangat ingin belajar Tai Chi. Seiring perjalanan waktu, niatan mulia itu memang berhasil ia wujudkan dengan banyak menyambangi para rahib. Terutama yang berada di Kuil Taoguang.
Tak hanya itu, Jack Ma juga bergaul rapat dengan para pendekar Tiongkok kiwari seperti Zhang Jizhong, Master Yuezhen, Li Yi, Jet Li, dan “Stephen Chow” yang beken melalui film Shaolin Soccer-nya. Kegemaran Jack mendatangi kuil Tai Chi, sebenarnya demi mencari ketenangan hidupnya sendiri. Mungkin, ia adalah pengusaha China—bahkan dalam skala dunia, yang memiliki kesadaran kosmik sedemikian mendalam. Sehingga carut-marut modernitas tak membuatnya kehilangan rasa kemanusiaan. Ia seringkali menjalankan “Sumpah Hening” yang ia gali dari khazanah Tao Te Ching.
Gaya jenaka Chen dalam menulis, membuat bukunya jadi renyah dibaca. Persona Jack Ma yang terkadang terlampau dibesar-besarkan awak media, juga tampak lebih manusiawi dalam lembar demi lembar yang ia tuliskan. Tak jarang ia berhasil menampilkan pendiri Alibaba yang terkenal ulet dan gesit itu, ternyata ahli dalam membual. Tak lain, Chen lah yang jadi orang pertama korban bualannya. Tapi sang asisten yang memang terkenal sebagai pembual ulung, takkan pernah mau kalah begitu saja dari bosnya. Ia punya banyak stok bualan, yang rupanya sering diminta Jack Ma ketika memimpin rapat besar Alibaba.
“Sebagai seorang CEO, pekerjaan saya hanyalah berbicara, ‘membual’ di mana-mana. Anda perlu memaklumi CEO semacam ini. Setiap kali, Anda mungkin berpikir ‘bualannya’ terdengar mustahil. Namun, Anda selaku Orang Ali, kenyataannya setiap kali selalu berhasil mencapai apa yang dianggap ‘mustahil.’ Kita bersama-sama selalu berhasil beradaptasi dengan begitu sempurna…” ujar Jack Ma suatu hari dalam pertemuan tahunan Taobao—anak perusahaan Alibaba. (hal. xv)
Selama memimpin Alibaba, Mr. Ma telah menuai banyak pujian dari para pengusaha papan atas dunia sekelas Jack Welch, Larry Ellison, George Soros, JP Morgan, dan Bill Gates. Tak berhenti sampai di situ, mereka juga bersahabat kental sebagai individu yang gemar membaktikan diri pada masyarakat. Uang mereka yang seolah tak bernomor seri, telah dilimpahkan begitu banyak demi kepentingan pembangunan peradaban modern.
Kini Alibaba telah berusia 26 tahun. Jack Ma pun telah mengundurkan diri pada 2013, dari jabatan CEO perusahaan yang ia dirikan dengan keringat, darah, dan airmata itu. Namun warga kehormatan Hangzhou ini, yang tumbuh bersama kemilau cemerlang permukaan air di Danau Barat, masih saja memukau dengan gerak-geriknya. Kehidupan Jack Ma tak ubahnya cerita silat yang sarat nilai heroik. Ia turut menggerakkan spirit bertumbuh banyak orang di dunia, dengan kehidupan bersahaja tapi sarat elan vital, yang ia tunjukkan.
Anda yang mungkin tak punya bakat bisnis, perlu membaca buku setebal 424 halaman ini dengan saksama. Supaya Anda mafhum, bahwa seorang pebisnis sejati ternyata membentuk dirinya sendiri—bersama alam yang menaunginya. Jadi jangan berkecil hati bila Anda takkan menemukan teori-teori bisnis yang menjemukan dalam buku ini. Oleh karena itulah, Jack Ma menyarankan sendiri buku ini untuk Anda baca.
Chen Wei pernah berkelakar, barangkali kesibukan Jack Ma setelah pensiun adalah mengarang kisah bela diri. Sebuah impian lama, yang lucunya, belum pernah bisa ia wujudkan. Begitulah hidup. Memberi apa yang tak pernah kita minta, dan meminta apa yang semestinya kita beri… []
Peresensi adalah Ren Muhammad, pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas; Ketua Bidang Program Yayasan Aku dan Sukarno, serta Direktur Eksekutif di Candra Malik Institute.
Identitas Buku:
Judul: Jack Ma, Sisi-sisi Tak Terduga Sang Godfather Bisnis China
Penulis: Chen Wei
Penerbit: Noura Books Publishing
Tahun Terbit: Februari 2017
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua