Amien Nurhakim
Penulis
Beberapa waktu lalu, kita menyaksikan fenomena angin kencang yang terjadi di Indonesia. Kondisi cuaca di tengah musim pancaroba menunjukkan variasi perubahan yang kian sering terjadi. Fenomena ini kerap dikaitkan dengan perubahan iklim global.
Salah satu yang fenomena angin kencang misalnya terjadi di beberapa wilayah di Jawa Barat. Merujuk kepada analisis dinamika atmosfer terkini oleh BMKG, penyebabnya adalah beberapa fenomena yang mendukung pertumbuhan awan konvektif dan hujan serta suhu laut yang relatif hangat.
Dengan adanya perubahan iklim yang terus berlangsung, pemahaman dan mitigasi terhadap dampak angin kencang menjadi sangat penting untuk keberlanjutan lingkungan dan keselamatan manusia.
Angin sendiri secara mendalam dipelajari oleh mereka yang berada dalam studi meteorologi dan klimatologi. Apabila melihat dari data-data sejarah, angin kencang dapat dipastikan pernah terjadi di masa kapan pun sepanjang peradaban manusia, sebab ia merupakan sebuah fenomena alam.
Apabila angin dilihat dalam kacamata agama, niscaya kita akan menemukannya dalam Al-Quran dan hadits. Baik Al-Qur’an maupun hadits, keduanya memberikan beberapa pandangan tentang angin.
Dalam Al-Quran, angin disebutkan sebagai salah satu tanda kebesaran Allah dan kekuasaan Allah dalam menciptakan alam semesta. Beberapa surah, seperti Al-Baqarah dan Yasin menggambarkan kekuatan dan peran angin dalam membawa berbagai fungsi, seperti membawa awan hujan dan memporak-porandakan apa yang dikehendaki Allah.
Hadits juga menyentuh topik angin, misalnya bagaimana Rasulullah memberikan pengetahuan tentang sifat dan peran angin kepada para sahabat, hadits tentang kesehatan dan penyakit yang terkait dengan perubahan cuaca, yang mencakup pengaruh angin.
Paparan tersebut dapat dilihat misalnya dari salah satu kitab karya ulama yang berjudul “Ar-Rih”, atau dalam bahasa Indonesia disebut “Angin”. Kitab ini ditulis oleh Abu ‘Abdillah al-Husein bin Khalawayh al-Hamdani, seorang pakar gramatikal bahasa Arab asal Hamdan yang hidup sekitar abad 4 Hijriah.
Tidak banyak yang menuliskan biografinya kecuali data-data yang cukup singkat seperti ia lahir di Hamdan, kemudian berpindah ke Baghdad pada tahun 314 H dan bertemu dengan banyak pakar nahwu, sastra, qiraat dan hadits. (Ibnu Khawalayh, Ar-Rih, [Madinah: tanpa penerbit, 1984], hal. 11).
Ibnu Khawalayh tumbuh di Baghdad menjadi pakar bahasa Arab dan qiraah. Ia juga turut serta dalam mendiktekan hadits. Setelah lama di Baghdad, ia pun pindah ke Syam dan tinggal di Halab atau Aleppo untuk menyebarkan ilmunya. Di Aleppo ia diminta oleh Sayfud Dawlah, pendiri keamiran Aleppo, untuk mendidik anak-anaknya.
Dalam Thabaqathul Fuqaha asy-Syafi’iyyah, Ibnu Shalah mencantumkan biografi Ibnu Khawalayh sebagai bagian dari ulama Syafi'iyyah senior. Alasannya, Ibnu Khawalayh pernah meriwayatkan Mukhtashar karya al-Muzanni, sebuah karya prinsipil dalam mazhab Syafi'i. (Ibnu Shalah, Thabaqatul Fuqaha asy-Syafi’iyyah, [Beirut: Darul Basya’ir, 1992], jilid I, hal. 455).
Ibnu Khawalayh meriwayatkan Mukhtashar al-Muzanni langsung dari An-Naysaburi, kemudian an-Naysaburi dari al-Muzanni dan al-Muzanni dari Imam asy-Syafi’i. Perihal riwayat ini ia tulis dalam bukunya yang berjudul “I’rab Tsalatsina Suratan” atau uraian gramatikal 30 surah dalam Al-Quran.
Melihat pada beberapa karya Ibn Khawalayh, tampak bahwa ia banyak mendedikasikan karya-karyanya dalam bidang bahasa, sebagiannya berbentuk ensiklopedia mini seperti “Asma al-Asad” karya yang memaparkan nama dan jenis Singa.
Mengenai kitab “Ar-Rih” yang membahas tentang angin, secara spesifik karakteristiknya dapat dilihat dari kepakaran Ibnu Khawalayh sebagai pakar bahasa. Husein bin Muhammad Syaraf sebagai peneliti naskah ini memaparkan beberapa sumbangsih dan karakter kitab ini dalam mukadimah penerbit.
Menurut Husein, Ibnu Khawalayh memaparkan secara detail kata “Rih” atau angin dalam bahasa Arab berikut bentuk derivasinya secara lengkap. Ia juga memaparkan jenis-jenis angin dan ciri-cirinya, juga penjelasan bagaimana Al-Qur’an dan hadits menyebut dan memandang angin sebagai ciptaan Tuhan.
Di antara penjelasan angin yang dipaparkannya dalam Ar-Rih adalah sebagai berikut:
والرِّيحُ سَبَبُ الإنزال القطر، والوَدْقِ، وَالغَيثِ اللواتِي سَماهَا الله رحمة، فقال : «وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشراً بَينَ يَدَى رَحْمَتِهِ» أَي بَينَ يَدَى المطر. والريحُ وَالمَطَرُ سَبَبَانِ لإنزال الغَيثِ، وذهاب المحول،.... ومجىء الخصب والحيا.
Artinya, “Angin adalah penyebab turunnya segala jenis hujan, turunnya hujan, yang disebut Allah sebagai rahmat, Dia berfirman: “Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan),” yaitu sebelum hujan. Angin dan tetesan air merupakan penyebab terjadinya hujan, gersang pun hilang, ....kesuburan dan kehidupan pun datang.” (Ibnu Khawalayh, Ar-Rih, hal. 53).
Buku ini cukup bagus dalam memaparkan nama-nama angin dan jenis serta karakternya secara sekilas dalam konteks kebahasaan. Hanya saja, dalam konteks detail penjelasannya tidak dipaparkan lebih dalam oleh penulis. Wallahu a'lam.
Identitas buku
Judul : Ar-Rih
Penulis : Ibnu Khawalayh
Tempat terbit : Madinah
Penerbit : Tidak disebutkan
Tahun terbit : 1984
Jumlah halaman : 131
Amien Nurhakim, Musyrif Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua