Pustaka

Mengenal Nurullaili ad-Daaji wa Miftahu Baabil Yasaari, Kitab Maulid Karya Ulama Indonesia

Rabu, 11 September 2024 | 20:00 WIB

Mengenal Nurullaili ad-Daaji wa Miftahu Baabil Yasaari, Kitab Maulid Karya Ulama Indonesia

Kitab Nurullaili ad-Daaji wa Miftahu Baabil Yasaari. (Foto: NU Online)

Bulan Rabiul Awwal telah tiba. Di mana-mana dikumandangkan puji-pujian, shalawat kepada Nabi Muhammad saw, sebagai bentuk kegembiraan umat di bulan kelahirannya.


Selain mendengarkan ceramah dari para ulama, pada acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw biasanya juga turut dilantunkan rangkaian syair-syair nan indah dari kitab Maulid Nabi. Yang masyhur dibaca yakni Al-Barzanji, Burdah, Diba', Simtuddurar, dan lain sebagainya.


Pada tulisan ini, penulis me-review satu kitab Maulid Nabi bernama: Nurullaili ad-Daaji wa Miftahu Baabil Yasaari Fii Tarjamati Maulidi Maulid Al Barzanji wa Qashidatu Burdatil Mukhtar.


Kitab tersebut penulis temukan dari lemari milik nenek di Pekalongan. Di dalam kitab tersebut juga tertulis nama pemilik kitab tersebut beserta tanggal pembeliannya: "Milik Ibu Mudrikah H Dimyati Kranji Kedungwuni Pekalongan, 4 April 1979".


Kitab Nurullaili ad-Daaji wa Miftahu Baabil Yasaari merupakan kitab karya seorang ulama Indonesia asal Sampangan Pekalongan, KH Ahmad Subki Masyhadi.


Dalam buku Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat (Martin van Bruinessen, 2012, hlm 47), kitab ini disebut dalam lampiran kitab adaptasi Indonesia karya-karya Ja'far bin Hasan Al-Barzanji, di bagian Maulid an-Nabi ('Iqd al-Jawahir). Karya ini disebut bersama kitab-kitab serupa karya ulama lain dari Nusantara seperti  Madarij al-Su'ud (karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani), Sabil al-Munji (Kiai Abu Ahmad 'Abd al-Hamid Kendal), dan lain-lain.


Sang penulis kitab, yakni KH Ahmad Subki Masyhadi merupakan kiai yang cukup produktif dalam menulis karya kitab kuning. Dalam buku Jejak Dakwah Ulama Nusantara: Menelusuri Perjuangan, Keteladanan, dan Hikmah Ulama Pekalongan (Tim PCNU Kota Pekalongan, 2020), tercatat lebih dari 100 karya Kiai Ahmad Subki.


Karya kiai kelahiran 9 September 1933 tersebut, berupa kitab-kitab berbahasa Arab maupun terjemahan (dalam bahasa Jawa dan Indonesia). Kemampuan menulis kitab, ia dapatkan setelah nyantri ke beberapa guru. Di antara guru-gurunya yakni, KH Noer Fathoni (Pesantren An-Nur Kersan Pegandon Kendal), KH Abdullah Zaeni (Demak), KH Ma'shum (Lasem).


Karyanya menjadi rujukan serta pegangan bagi umat Islam, khususnya di daerah Jawa. Tidak hanya bagi orang awam, tetapi juga bagi para kalangan kiai dan ustadz. 


Isi Kitab

Kitab Nurullaili ad-Daaji wa Miftahu Baabil Yasaari merupakan kitab terjemahan dari dua kitab Maulid Nabi yang cukup populer yakni Al-Barzanji, karya Syaikh Ja'far bin Hasan Al-Barzanji dan Qasidah Burdah karya Imam Bushiri. Kitab ini berisi seratus sepuluh (110) halaman, dengan perpaduan bahasa Arab dan Jawa (pegon).


Di bawah judul kitab, Kiai Ahmad Subki menuliskan penjelasan singkat: Kelawan makna gandul lan den tambah nutur khasiat-khasiate qasidah Burdah, menawa ana kang salah supaya den benerake, muga-muga manfaat amin (Dengan arti dan ditambah khasiat qasidah Burdah, jika ada yang salah agar diperbaiki, mudah-mudahan manfaat, amin).


Kemudian di bagian awal, ia memaparkan berbagai keterangan keutamaan memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Salah satunya dengan redaksi terjemah seperti ini: "Ketahuilah, memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw adalah perkara yang mulia, yakni dengan memberikan makanan, pembacaan Al-Qur'an dan mengisahkan riwayat Nabi,"


Selanjutnya, Kiai Ahmad Subki menuliskan bait-bait dalam kitab Al-Barzanji dan Qasidah Burdah, ditambah dengan makna gandul dalam bahasa Jawa (pegon). Juga ditambahkan beberapa bait syair shalawat dari kitab Diba', Simtuddurar dan lainnya, serta syair yang ditulis oleh Kiai Ahmad Subki sendiri.


Dalam menerjemahkan, Kiai Ahmad Subki menggunakan bahasa Jawa yang mudah dipahami oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Artinya, tidak menggunakan krama inggil ataupun ngoko. Terkadang sang penulis menambahkan kata dalam bahasa Indonesia, seperti terima kasih.


Sayangnya pada kitab ini hanya berfokus pada terjemah makna per makna pada untaian bait Al-Barzanji dan Qasidah Burdah. Tidak ada penjelasan lebih terperinci layaknya kitab syarah, seperti halnya di kitab Madarijus Su'ud.


Selain untaian shalawat dan maknanya, Kiai Ahmad Subki juga menulis satu bab yang ia beri judul faidah, yang berisi kumpulan khasiat-khasiat dalam Qasidah Burdah. Khasiat ini dapat dimanfaatkan dalam beberapa hal. Semisal untuk membuat jinak hewan (hlm. 106).


"Bait nomer 2 lan 3, wiwit amin tadzakkuri tumeka min idlami. Lamun den tulis in mangkok atawa piring, nuli den busek kelawan banyu udan, nuli kainumake hayawan kang nakal, mangka bakal bisa lulut. Insyaallah" (Bait nomer 2 dan 3, mulai amin tadzakkuri sampai min idlami. Apabila ditulis di sebuah mangkok atau piring, kemudian dibilas dengan air hujan, kemudian diberikan air tersebut untuk minum hewan ternak, dapat menjadikan hewan ternak yang liar menjadi jinak. Insyaallah)


Dan khasiat-khasiat lainnya yang dapat menjadi wasilah doa kepada Allah, seperti agar terhindar dari kesulitan, kemudian agar anak tidak rewel, dan lain sebagainya. Wallahu a'lam.


Kiai Ahmad Subki juga menambahkan beberapa redaksi doa yang dibaca setelah membaca kitab Maulid Al-Barzanji, semisal untuk mendoakan seorang ibu yang tengah hamil usia tujuh bulan (mitoni).


Di bagian lain, Kiai yang pernah menjadi Rais Syuriah PCNU Kota Pekalongan (1998-2002) ini menuliskan keterangan akhir waktu penulisan kitab.


"Tammatil kitabatu bi'aunillah, wa husni taufiqihi lailatal jumu'ati, attasi'ata min dzilhijjah sanah 1398 min hijrati sayyidul Arabi wal Ajam. Al Muwafiq. 9 November 'Aama 1978 min miladi Isa ibn Maryam," (Kitab ini selesai dengan pertolongan dan taufik dari Allah swt , pada hari Jumat tanggal 9 Dzulhijjah 1398 H atau 9 November 1978 M). 


Kiai Ahmad Subki Masyhadi, Pengasuh Pesantren Wali Sampang (Kini bernama Pesantren Al-Masyhad Manba'ul Falah Wali Sampang), wafat di usia 78 tahun, pada hari Jumat, tanggal 22 Dzulhijjah 1432 atau 18 November 2011. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Sapuro Pekalongan. Lahul Fatihah.


Ajie Najmuddin, Pemerhati Sejarah NU