Telah kita kenal, guru bangsa Indonesia yang pandai mengolah kata, bertutur indah serta humoris, KH A. Hasyim Muzadi atau lebih akrab disapa Kiai Hasyim. Ia adalah ulama yang dikenal nasionalis, humanis, cerdas, dan cergas ketika melakukan suatu pekerjaan apa pun.
Dalam buku ini kita banyak sekali menemukan pelajaran-pelajaran yang amat berharga darinya, di antaranya ia begitu kental bertoleransi terhadap perbedaan, khusunya terpaut agama. Menurut Kiai Hasyim agama yang beranekaragam di muka bumi ini semuanya mengajarkan perdamaian dan kesejahteraan. Terkecuali agama yang telah dibajak atau keluar dari norma dan melakukan kekerasan—itu harus ditindak tegas. Lantaran ketenangan dan kedamaian adalah kewajiban agama yang harus diciptakan.
Kiai Hasim adalah sosok yang berlatar belakang santri, itulah yang membuatnya bersahaja dalam bersikap kepada orang lain. Tak memandang suku, agama, atau jabatan, di mata beliau semua orang sama, harus dihormati. Itulah sebabnya dari kalangan manapun menyeganinya dan siapapun dapat bergaul dengannya secara baik. Namun, meskipun seperti itu pembawaan sifat kharismatik beliau selalu mengiringi tiap langkahnya.
Tokoh yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PBNU 1999-2010 ini pemikirannya begitu dalam dan brilian. Salah satu gagasan luar biasa yang ia wujudkan adalah mendirikannya International Conferenceof Islamic Scholars (ICIS), sebuah organisasi swadaya masyarakat, non-politik, non-etnik, yang bekerja untuk membangun dialog dan kerjasama setara antar ulama dan cendikiawan muslim di seluruh dunia menuju tatanan masyarakat yang damai, berkeadilan dan berkeadaban.
Ketika menyelesaikan masalah yang menimpa kepada dirinya, masyarakat maupun negara ia selalu menyikapi dengan bijaksana. Tak terburu-buru dalam menyelesaikan sebuah perkara. Ia selalu tenang dan teliti. Kendati seperti itu, dapat terselesaikan dengan gesit.
Ketokohan Kiai Hasyim diulas secara gamblang di dalam buku ini, dari mulai masa kanak-kanaknya yang sudah terlihat kecerdasannya, sehingga bisa lulus sekolah dengan cepat. Tentang kisahnya ketika mondok di Pesantren Gontor yang suka tidur, tetapi selalu berprestasi. Pernikahanya dengan Mutammimmah, sikap perhatiannya kepada anak-anaknya, makan dari honor ceramah, hingga beliau wafat.
Dari sisi humornya yang segar dan tak membosankan, ia juga sosok yang sangat kritis. Pernah suatu ketika ia dipenjara satu malam, tetapi tak membuat Kiai Hasyim lemah. Ia selalu semangat, tegas, dan bersungguh-sungguh untuk menegakan kebenaran.
Membaca buku ini kita seperti diajak menyelami kehidupan beliau yang unik dan bijaksana, kita dapat belajar dari pengalaman-pengalaman hidupnya serta mengenal lebih dalam tokoh kharismatik yang teduh dan langka.
Poin-poin penting yang menjadikan buku ini sangat menarik yaitu ditulis seorang aktivis Nahdlatul Ullama, sekaligus wartawan di media duta masyarakat dan pendamping setia Kiai Hasyim sendiri dalam keperluan publikasi. Maka, jelas sekali buku ini berisi biografi yang nyata kebenarannya.
Melalui proses panjang—wawancara—mengumpulkan data yang dibilang tak mudah, juga perenungan khusuk yang lama, penulis akhirnya dapat mebuahkan karya tulis brilian ini. Dengan perkembangan zaman yang modern, buku biografi Kiai Hayim ini bagaikan lentera di malam yang gelap gulita.
Dengan keapikan bahasa penulis, kita jadi mudah memahami semua yang dijelaskan Kiai Hasyim di dalam buku ini. Kisahnya ditulis secara merunut, sehingga pembaca pun dapat menikamati bukunya.
Umar bin Khattab berkata, “Hendaklah kalian mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang memiliki keutamaan, karena hal itu termasuk dari kemuliaan dan padanya terdapat kedudukan dan kenikmatan bagi jiwa.”
Data Buku
Judul Buku : Biografi A. Hasyim Muzadi
Penulis : Ahmad Millah Hasan
Penerbit : Keira Publishing
Cetakan : Pertama, Maret 2018
Peresensi : Tasori Mt, pegiat literasi)