Tokoh

Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim: Penguasa Jalur Rempah Tanah Jawa

NU Online  ·  Rabu, 19 November 2025 | 15:34 WIB

Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim: Penguasa Jalur Rempah Tanah Jawa

Prasasti kubur/cenotaph Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim (kiri) dan Malikah Nahrasiyah (Doc. KITLV)

Malik Ibrahim, atau dikenal luas sebagai Sunan Gresik, adalah salah satu tokoh penting yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Jawa. Ia diakui sebagai Walisongo tertua dan makamnya di Gresik hingga kini masih ramai dikunjungi ribuan peziarah. 


Namun, penelitian terbaru, khususnya berdasarkan analisis epigrafi pada batu nisannya dan catatan Dinasti Ming, mengungkap identitas dan perannya yang jauh lebih kompleks dan berwibawa dari sekadar narasi yang selama ini beredar sebagaimana diungkapkan dalam sebuah jurnal berjdul Malik Ibrahim Wali Songo and The First Islamic Authoritative Ruler In The Land Of Java ​​​​(Asian Journal of Engineering, Social and Health, 2023)


Bukan Sekadar Pedagang: Identitas Sejati Malik Ibrahim
Selama ini, Malik Ibrahim sering diceritakan sebagai seorang pedagang. Namun, sumber-sumber primer, terutama epigrafi pada batu nisan Malik Ibrahim, menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang pedagang. Batu nisan ini menyebutkan gelarnya sebagai "Malik" yang berarti pemimpin, gubernur, atau bahkan Raja. 


Berbeda dengan epitaf pedagang dari Cambay abad ke-14 dan ke-15 yang umumnya mencantumkan gelar seperti 'raja pedagang' (malik al-tujjar) atau 'kebanggaan pedagang' (mufakhr al-tujjar), Malik Ibrahim disebutkan dengan istilah yang mengaitkannya langsung dengan sistem kekuasaan Islam, seperti 'amir' atau bangsawan, 'kebanggaan para bangsawan,' dan 'pendukung sultan dan wazir'.


Ini menandakan bahwa Malik Ibrahim adalah penguasa Islam berwenang pertama di Jawa. Narasi kronik yang menggambarkannya sebagai pedagang kemungkinan besar muncul belakangan, bukan pada masanya. Lebih jauh, nama Ibrahim sendiri diasosiasikan dengan Nabi Ibrahim, yang dikenal sebagai pembawa ajaran tauhid (monoteisme) dan penolak penyembahan berhala. 


Oleh karena itu, Malik Ibrahim dapat dihubungkan sebagai peletak dasar-dasar monoteisme di pulau Jawa. Ini juga didukung oleh ayat-ayat Al-Qur'an pada batu nisannya yang menekankan tauhid, menunjukkan ia adalah seorang yang berdakwah mengajak orang kepada Islam, bukan seorang mualaf.


Malik Ibrahim juga dikenal dengan gelar Jawa "Ki Saka Pati Bantala". Penelitian mengartikan "Ki Saka" atau "Ki Soko" sebagai seseorang yang dianggap sesepuh dengan pengetahuan tinggi dan menjadi pilar. Sementara "Pati Bantala" mengacu pada patih atau penguasa dunia/tanah/bumi. 


Dengan demikian, "Ki Saka Pati Bantala" berarti seseorang yang dianggap sesepuh yang menjadi pilar bagi para penguasa dunia. Gelar ini identik dengan gelar Arab "umdatus salatin" atau "pilar para sultan", yang menggambarkan status dan pengaruhnya yang sangat tinggi.


Kisah Batu Nisan Cambay: Jalinan Kuat Pasai dan Gresik
Salah satu bukti kunci mengenai status dan asal-usul Malik Ibrahim adalah batu nisannya yang terbuat dari marmer putih tipe Cambay dengan epigram lengkap, yang memiliki kesamaan mencolok dengan batu nisan serupa di Samudra Pasai, Aceh. 


Ini bukan kebetulan; penelitian arkeologis menunjukkan adanya 14 batu nisan marmer putih tipe Cambay di Pasai dan 3 di Gresik yang memiliki tipologi serupa, dianggap sebagai satu subjek analisis yang tak terpisahkan.

 
Peta sebaran nisan tipe Cambay abad 13-15 Masehi

Awalnya, para ahli seperti Jean-Pierre Moquette (1912) berpendapat bahwa batu nisan ini diimpor sebagai produk jadi dari Cambay, Gujarat, India. Namun, penelitian lebih lanjut oleh Taqiyudin Muhammad (2023) menunjukkan kemungkinan bahwa kreativitas artistik ini justru dikembangkan di Syumutrah (Samudra Pasai) oleh seniman Kambayat yang berimigrasi, dan kemudian bahan bakunya diimpor. Pelabuhan Gresik memiliki batu nisan yang pengerjaannya belum selesai, mengindikasikan bahwa pekerjaan terakhir mungkin bergantung pada Pasai. 


Peta distribusi batu nisan ini dengan jelas menunjukkan keterkaitan kuat antara batu nisan di Kompleks Malik Ibrahim di Gresik dengan Pasai, yang merupakan kerajaan terdekat dengan jenis batu nisan serupa dan lebih mewah.


Malik Ibrahim: Sultan Zainal Abidin dari Pasai dan Shi Jin Qing dari Dinasti Ming
Sebuah penemuan signifikan dari penelitian ini adalah identifikasi Malik Ibrahim dengan Sultan Zainal Abidin dari Pasai, ayah dari Malikah Nahrasyiyah. Hal ini didasarkan pada perbandingan antara batu nisan Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiyah. 


Kedua batu nisan ini adalah satu-satunya batu nisan tipe Cambay di Nusantara yang memiliki ornamen dan model kembar identik, serta menyandang gelar "malik/malikah" (penguasa) dalam garis waktu yang berkesinambungan.


Selain itu, deskripsi "as-said as-syahid" (berbahagia dan syahid) hanya terukir pada dua batu nisan marmer tipe Cambay, yaitu Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiyah. Mengingat bahwa batu nisan Malikah Nahrasyiyah menyebutkan ayahnya sebagai "syahid yang bahagia" dan bernama Sultan Zainal Abidin bin Sultan Ahmad bin Sultan Muhammad bin Al-Malik As-Saleh, peneliti menyimpulkan bahwa Malik Ibrahim adalah Sultan Zainal Abidin yang dimaksud. 


Kesimpulan ini diperkuat oleh fakta bahwa pengerjaan batu nisan serupa dilakukan di Pasai, dan makam ayah Nahrasyiyah belum ditemukan di Pasai, diperkirakan berada di luar Pasai.


Lebih jauh, Malik Ibrahim juga diidentifikasi sebagai Shi Jin Qing dalam catatan Dinasti Ming. Shi Jin Qing adalah seorang tokoh yang diberi otoritas untuk menjaga dan mengamankan jalur rempah dari Sumatra ke Gresik. Otoritas ini datang dari tiga kerajaan besar: Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan di Jawa, dan Dinasti Ming Tiongkok. 


Oleh karena itu, ia bergelar "pilar para sultan". Ia bukan sekadar pedagang atau syahbandar, melainkan panglima tertinggi yang bertanggung jawab penuh atas pengamanan komoditas rempah, menghadapi ancaman bajak laut, dan mengelola urusan Islam di jalur vital ini.


Warisan dan Penerus: Nyai Ageng Pinatih dan Pembangunan Pelabuhan Gresik
Malik Ibrahim dikenal memiliki karakteristik yang kuat dan menonjol: kecintaannya pada kaum dhu'afa dan fakir miskin. Sifat ini juga terlihat pada Malikah Nahrasyiyah yang bergelar "ra bakhsya khadiyyu" yang berarti "penguasa dermawan".


Penelitian juga mengemukakan bahwa Malikah Nahrasyiyah dan Nyai Ageng Pinatih diyakini sebagai putri-putri Malik Ibrahim (Shi Jin Qing). Setelah kematian Shi Jin Qing (Malik Ibrahim) pada tahun 1425, posisi pengamanan jalur rempah diberikan kepada putri keduanya, Shi Er Jie, di Sumatera, sementara putri pertamanya, Nyai Gede Pinatih, berimigrasi ke Jawa dan menjadi syahbandar di Gresik.


Nyai Ageng Pinatih, yang juga dikenal sebagai Nyai Ageng Samboja atau Sayyidah Fatimah (batu nisan di samping Malik Ibrahim), berperan sangat penting dalam penyebaran Islam di Jawa Timur. Ia adalah syahbandar di Gresik dan Sunan Giri, salah satu Walisongo terkenal, adalah anak angkatnya yang mendapatkan pendidikan agama intensif darinya.


Pembangunan Pelabuhan Gresik sendiri pada tahun 1425 merupakan sebuah investasi bersama yang signifikan antara Kerajaan Pasai, Kerajaan di Jawa, dan Dinasti Ming. Dalam 100 tahun berikutnya, Pelabuhan Gresik yang baru dibangun ini berkembang menjadi pelabuhan Islam terbesar dan terbaik di Jawa, menjadi titik penentu di jalur rempah selatan.


Dengan demikian, Malik Ibrahim bukanlah sekadar seorang penyebar agama atau pedagang biasa. Berdasarkan bukti epigrafi dan catatan sejarah, ia adalah panglima tertinggi yang berkuasa penuh, penjaga penting Jalur Rempah, dan seorang "Pilar Para Sultan" yang sangat mencintai kaum miskin. Identitasnya yang terkait dengan Sultan Zainal Abidin dari Pasai dan Shi Jin Qing dari catatan Ming Dynasty, serta perannya dalam memimpin investasi bersama untuk pembangunan Pelabuhan Gresik, mengubah pemahaman kita tentang salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Islam di Nusantara. 


Ia adalah pendiri fondasi monoteisme di Jawa, bukan hanya penyebar, melainkan seorang pemimpin berwenang yang membentuk lanskap politik dan religius pada masanya. 


Nurul Yaqin, Ketua Masyarakat Pegiat Sejarah Islam Nusantara (MAPSINU)

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang