Warta PENGAJIAN RAMADHAN

Gus Dur: Fikih Harus Tetap Diutamakan

Senin, 8 September 2008 | 12:47 WIB

Jakarta, NU Online
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan, dalam kondisi yang bagaimana pun fikih haruslah tetap diutamakan, meskipun pengambilan hukum juga mesti memperhatikan konsep kemaslahatan dan keselarasan dalam masyarakat.

Pernyataan ini disampaikan oleh Gus Dur dalam Pengajian Ramadhan di Pesantren Ciganjur, Jl. Warung Silah Jakarta Selatan, Senin (8/9). Gus Dur saat itu sedang mengomentari kalimat Imam Syafi’i dalam kitab ar-Risalah, ”Pengetahuan melalui dilalah (penanda) akan mampu mengartikan bahwa tidak semua manusia dapat menjadi objek sebuah hukum.”<>

Lebih lanjut, Gus Dur menjelaskan, sebagai seorang Muslim yang taat, seseorang memerlukan landasan syariat syariat dalam setiap tindakannya. Karena itulah, ilmu fikih tetap relevan untuk dikembangkan hingga saat ini.

”Meskipun setiap dalil ayat atau hadits dapat menghasilkan produk hukum yang berbeda. Namun tahapan-tahapan ijtihad, baik individual maupun kolektif harus tetap dijalani dalam sebuah penentuan hukum,” tuturnya.

Gus Dur juga mengakui bahwa terkadang manusia berada dalam situasi sulit untuk menentukan sikap. Akan tetapi kebenaran harus tetap dijunjung tinggi. Kebenaran tidak boleh dikalahkan oleh kebathilan, meskipun terkadang kebenaran-kebenaran ini dapat tampak berseberangan di mata manusia.

”Masing-masing orang boleh berbeda dalam menentukan hukum, dapat juga berbeda dalam menentukan sikap terkait sebuah permasalahan. Namun jika ia telah melewati sebuah proses yang benar, tentu ia akan dapat mempertanggungjawabkan pilihannya di hadapan masyarakat serta di hadapan Allah kelak,” tandasnya.

Karenanya Gus Dur berpesan, manusia harus selalu mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah, serta mengikuti setiap perkembangan yang mengakibatkan perubahan-perubahan teknis pelaksanaan peraturan tersebut.

”Kita memahami bahwa Allah menentukan telah menentukan segala kemungkinan di bumi, maka kita tidak perlu khawatir akan tipu daya syetan yang senantiasa menggandeng kita menuju kesesatan,” pungkasnya. (min)