Warta

Pengamat: Tanpa Gus Dur, PKB Tak Punya Tokoh untuk Jadi Capres

Jumat, 26 September 2008 | 04:03 WIB

Jakarta, NU Online
Tanpa KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tak lagi mempunyai tokoh utama yang layak menjadi calon presiden dalam Pemilihan Umum pada 2009. Keadaan itu akan semakin menyulitkan PKB jika Gus Dur benar-benar membuktikan ancamannya yang akan bersikap golput pada Pemilu nanti.

Pendapat tersebut dikemukakan Direktur Indo Barometer, M. Qodari, Kamis (25/9) kemarin. "PKB relatif tidak memiliki tokoh. Apalagi sekarang ditinggal Gus Dur yang mengancam akan golput," katanya.<>

Karena itu, jelas Qodari, sudah sewajarnya partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu menggelar konvensi untuk menjaring capres.

Konvensi capres awalnya dipelopori Partai Golkar. Kini Golkar meninggalkan metode tersebut. Tapi partai lain justru ramai-ramai menggunakannya. Setelah Partai Bintang Reformasi (PBR), kini giliran PKB yang menyatakan berencana mengadakan konvensi serupa.

Menurut Qodari, konvensi capres digunakan atau tidak tergantung masing-masing partai. "Saya kira karena memang ada perbedaan situasi dan kondisi dari masing-masing partai terkait dengan kebutuhannya," katanya.

Qodari mencontohkan, Golkar pada Pilpres 2004 menyelenggarakan konvensi karena partai itu memiliki terlalu banyak tokoh yang pengaruhnya sama kuat. Banyaknya tokoh, membuat Golkar kesulitan menentukan capres sehingga dicarilah metode yang dirasa paling cocok, yakni konvensi.

Selain itu, Akbar Tandjung selaku Ketua Umum Golkar waktu itu juga sedang mengalami masalah hukum terkait kasus Buloggate sehingga dikhawatirkan tidak bisa maju menjadi capres.

Motif lain berada di balik konvensi capres PBR. PBR menggelar konvensi justru karena kekurangan tokoh sehingga merasa perlu menjaring tokoh dari luar. Selain itu, konvensi juga digunakannya untuk menaikkan popularitas dan mengangkat nama partai.

"Saya kira fokus PBR dan Golkar berbeda. Kalau PBR fokusnya agar bisa lolos parliamentary threshold, sedangkan Golkar fokusnya adalah untuk memenangkan pilpres," ujar Qodari.

Karena fokus yang beda inilah, menurut Qodari, yang membuat Golkar tidak lagi menerapkan metode konvensi. Sebab bagi Golkar konvensi justru akan menjadi bumerang dalam rangka memenangkan Pilpres.

"Kalau tujuannya memenangkan Pilpres, konvensi justru jadi bumerang. Kebutuhan internal partai lain dengan kebutuhan publik. Di partai mungkin ada mekanisme tersendiri sehingga pemenang konvensi belum tentu cocok untuk menjadi calon presiden," lanjut Qodari.

Namun, sistem konvensi memiliki keuntungan tersendiri bagi partai. Partai yang menyelenggarakan konvensi capres akan mengalami dinamika internal dengan hadirnya orang-orang baru yang berbuat untuk partai sehingga akan menggerakkan mesin partai. Popularitas partai juga akan semakin meningkat. (dtc)