Warta

Polri Harus Yakinkan Publik Soal Kematian Azhari

Jumat, 11 November 2005 | 04:04 WIB

Jakarta, NU Online
Polri harus bisa memberi keyakinan kepada publik bahwa salah satu korban tewas dalam penggerebekan di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005 adalah  Dr Azahari, buronan yang paling dicari oleh kepolisian Indonesia menyusul berbagai aksi terorisme di tanah air.

Anggota komisi III DPR dari Fraksi Demokrat, Benny K. Harman, seperti dilansir ANTARA di Jakarta, Jumat (11/11), mengatakan Polri seharusnya juga melakukan tes DNA untuk memberikan kepastian agar tidak menyisakan keraguan publik tentang kematian Azahari.

<>

"Meski Kapolri (Jenderal Sutanto, red) mengatakan tes sidik jari saja sudah cukup, namun tes DNA adalah standar prosedur internasional yang digunakan untuk mengetahui identitas seseorang. Seharusnya tes DNA dilakukan juga, agar publik tidak bertanya-tanya lagi tentang apakah benar yang tewas itu Azahari," katanya.

Anggota DPR asal Flores itu menganggap penting tes DNA yang sampai saat ini belum dilakukan oleh Polri untuk tidak hanya menepis keraguan publik dalam negeri tetapi juga untuk menambah kepercayaan dunia internasional bahwa Indonesia sudah berhasil menangkap buronan teroris asal Malaysia itu.

"Saya juga mengimbau Polri untuk bersikap lebih terbuka dalam penanganan kasus ini. Setiap perkembangan dan hasil penemuan mereka di lapangan sebaiknya diumumkan kepada publik," katanya.

Secara pribadi, Benny mengaku masih ragu tentang kebenaran tewasnya Azahari. "Terus terang saya sendiri masih ragu apakah benar yang tewas itu Azahari. Ini masih menyisakan pertanyaan kepada saya. Jika pengintaian sudah lama dilakukan oleh Polri, mengapa mereka tidak berusaha menangkap Azahari dalam keadaan hidup padahal diberitakan ia dan kelompoknya sering keluar-masuk rumah tersebut. Bisa saja ia dibuntuti lalu ditangkap. Tidak mungkin kan Azahari selalu membawa bom bunuh diri ke mana pun ia pergi," ujarnya.

Padahal, menurut dia, Azahari lebih berharga jika ditangkap dalam keadaan hidup agar seluruh jaringan terorismenya dapat terbongkar. Jika Polri tidak kunjung memberikan keyakinan kepada publik tentang tewasnya Azahari, lanjut Benny, maka tidak tertutup kemungkinan akan timbul kecurigaan bahwa tewasnya Azahari adalah fiktif dan dilakukan Polri semata-mata hanya untuk membuktikan bahwa pemerintah bersungguh-sungguh memerangi terorisme.

Ia menganggap penggerebekan yang dilakukan polisi di Batu, Jawa Timur, bukanlah prestasi kinerja Polri yang patut mendapat pujian. "Itu biasa saja, apanya yang prestasi? Kalau bisa menangkap Azahari hidup-hidup dan membongkar jaringannya itu baru prestasi," katanya.

Target Polri ke depan, lanjut Benny, seharusnya adalah penangkapan kawan dekat Azahari yang juga memiliki kemampuan merakit bom, Noordin M. Top dalam keadaan hidup. Ia mengharapkan Polri lebih mengembangkan kemampuan intelejennya dan bisa lebih menyatu dengan masyarakat guna mengumpulkan informasi untuk menangkap Noordin.

"Asalkan nantinya Polri tetap mempertahankan interogasi terhadap Noordin M. Top dilakukan di Indonesia. Jangan sampai kita yang menangkap tetapi lantas diserahkan kepada negara lain seperti yang terjadi pada kasus Al Farouq," ujar Beny.

Gus Dur Salut Polri

Sementara itu ditempat terpisah, Gus Dur mengacungi jempol kinerja Detasemen 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia mengendus keberadaan buron teroris kelas kakap Dr. Azahari. “Kerja Polri semakin bagus. Tapi (jaringan -red) yang lain juga harus ditindak,” kata Gus Dur saat menghadiri Pembukaan Maulid Pondok Pesatren Salaf At-Taqiy, Kalipucang Kulon, Jepara, Kamis (10/11/2005) lalu seperti dikutip Gusdur.net.

Seperti diketahui, Detasemen 88 Antiteror berhasil mendeteksi keberadaan gembong teroris ini di sebuah rumah kontrakan di Jl Flamboyan No. A1-7, Batu, Malang, Jawa Timur. Saat hendak ditangkap, Dr Azahari dan kelompoknya melakukan perlawanan. Diduga warga negara Malaysia yang terlibat dalam sejumlah kasus peledakan bom di Indonesia itu, terdesak karena penyergapan polisi sehingga ia meledakkan dirinya.

Hal senada juga diungkapkan, anggota Komisi III DPR Trimedya Panjaitan menyambut positif atas penangkapan kelompok teroris di Batu, Malang, yang dilakukan aparat Polri. Jika memang Dr. Azahari ditemukan dalam peristiwa tersebut, hal ini adalah prestasi yang menggembirakan dari Kapolri Sutanto dan jajarannya.

Penggerebekan ini diharapkan bisa menambah bekal Polri untuk menangkap pelaku Bom Bali II dan jaringannya. Ini sekaligus memotivasi aparat penegak hukum ini untuk menuntaskan kasus-kasus teror