Warta CATATAN KONGRES XV IPNU DAN XIV IPPNU

Romli Bonek, Tradisi Berkongres yang Harus Dihapus

Kamis, 13 Juli 2006 | 09:31 WIB

Jakarta, NU Online
Para rombongan liar atau lebih dikenal dengan sebutan romli yang selalu memeriahkan kegiatan-kegiatan besar di NU akhir-akhir ini semakin sering menimbulkan permasalahan. Banyak diantara mereka yang berangkat dari daerah hanya bermodal nekat atau bonek dan berharap panitia atau ketua baru terpilih akan membiayai ongkos pulang mereka.

Hal yang sama kembali terulang dalam kongres IPNU/IPPNU yang baru berlangsung. Wakil Sekjen PBNU Syaiful Bahri Anshori menjelaskan bahwa saat ini PBNU dimintai bantuan untuk memulangkan 120 romli dan peserta kongres yang tidak memiliki ongkos pulang.

<>

“Situasi ini tidak sehat. Seharusnya mereka yang tak memiliki ongkos tak perlu berangkat sehingga tak menyusahkan fihak lainnya baik panitia, peserta ataupun para alumni yang akhirnya harus turun tangan,” tuturnya kepada NU Online (13/07).

Dalam hal ini, pengurus cabang harus bisa bertindak tegas. Jika ketentuan jumlah utusan yang ditanggung panitia hanya tiga orang, seharusnya yang berangkat juga tiga orang. “Jika ada yang lain yang mau ikut, harus siap dengan biaya transportasi, akomodasi dan konsumsinya sendiri sehingga tak menganggu kenyamanan peserta resmi karena harus berbagi,” imbuhnya.

Selama ini para penggembira yang terlantar selalu dibantu atas nama kemanusiaan terutama melalui jaringan alumni yang sudah sukses. Namun, mantan ketua umum PB PMII tersebut meminta sebaiknya para romli mulai diingatkan bahwa panitia tak akan membantu sama sekali biaya kepulangan mereka sehingga bisa menjadi pelajaran yang tak di ulang di masa yang akan datang.

Dengan adanya tradisi mereka selalu diongkosi pulang, para romli tersebut selalu mengulang-ulang tindakannya dengan berbagai alasan. “Ini fenomena yang tak sehat yang harus dihilangkan karena menimbulkan ketergantungan,” tandasnya.

Pada kongres PMII yang berlangsung di Bogor beberapa waktu lalu, banyak romli dari luar Jawa yang tidak bisa pulang ke daerahnya. Akhirnya mereka melakukan tindakan anarkis dengan merusak berbagai peralatan di kantor PB PMII.(mkf)