Daerah

Banser Se-Eks-Kawedanan Selokaton Siap Hadang Radikalisme

Senin, 15 Februari 2016 | 17:02 WIB

Sukorejo, NU Online
Dalam rangka mendorong bergulirnya Gerakan Peduli Bunderan Sukorejo, anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama [Banser] se-eks Kawedanan Selokaton, melakukan kegiatan bersih-bersih di area alun-alun Sukorejo, Kendal, Ahad, 14 Februari 2016, termasuk membantu proses evakuasi sebuah truk bermuatan bibit ayam yang ringsek karena tertimpa pohon karet yang tumbang di bagian barat alun-alun. 

Kegiatan yang dilakukan pada pagi hari itu dilanjutkan dengan long march menuju Pondok Pesantren Ar-Rahmat, pimpinan Gus Reza Pahlevi, yang berlokasi tepat di sebelah barat Pasar Sukorejo untuk menerima pembekalan dan pembuatan Kartu Tanda Anggota [KTA]. 

Dalam sambutannya, Wahidin Said yang mewakili Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Tengah menyampaikan, bahwa sebagai kader NU, Banser hendaknya mampu menjadi garda terdepan untuk menghadang berseminya benih-benih radikalisme di Indonesia. 

“Jika setiap anggota Banser mampu melindungi lingkungannya masing-masing, insyaallah, negara kita akan semakin aman,” demikian imbuh Said. 

Sementara itu, Ahmad Dimyati, narasumber asal Ambarawa, dalam pembekalannya menegaskan bahwa Banser mempunyai posisi yang sangat strategis untuk turut serta menjaga keutuhan NKRI. 

“Karena itulah, Banser harus terus meningkatkan kapasitasnya. Harus mempunyai kepekaan yang tinggi dan waspada terhadap kian berkembangnya radikalisme. Selain itu, Banser harus selalu ingat, bahwa amar ma’ruf, haruslah dilakukan dengan cara-cara yang ma’ruf. Nahi munkar, haruslah dilakukan dengan cara-cara yang ma’ruf juga. Melawan kekerasan, janganlah dengan kekerasan,“ tambahnya. 

Pada kesempatan itu, Ahmad Dimyati juga mengajak segenap anggota Banser untuk introspeksi. “Hari ini, banyak orang yang mengaku berani mati, tapi takut lapar. Karena takut lapar itulah, maka, banyak orang yang kalap, nekat mencuri apa yang bukan haknya, sehingga akhirnya harus mati gara-gara babak-belur dihajar warga. Na’udzubillah. Coba bayangkan, seseorang harus mati, hanya gara-gara takut lapar. Sudah mencuri, tidak sempat menikmati hasilnya, mati pula.” 

Banser, demikian ditambahkan oleh Dimyati, seharusnya mampu menjadi pribadi yang berkarakter kuat. Berani lapar, takut mati. Berani lapar, artinya tidak mau menghalalkan segala macam cara, demi mencapai sukses hidupnya. Takut mati, karena merasa belum cukup mengumpulkan bekal untuk menghadapi maut.

Pada kesempatan yang sama, Ellen Kurnialis yang menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Kendal pada periode yang lalu juga memaparkan, bahwa untuk masa-masa mendatang, tantangan Banser terhitung jauh lebih berat, karena gerakan radikalisme didukung oleh kemampuan finansial yang kuat. 

“Namun demikian, Banser tidak boleh patah semangat. Yang penting , pupuklah semangat untuk terus memperjuangkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para sesepuh NU.“ (Siti Alfijah/Mukafi Niam)