Syifa Arrahmah
Penulis
Jakarta, NU Online
Polemik kenaikan tarif masuk ke Candi Borobudur menyita perhatian The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Dalam kunjungannya pada Jumat (17/6/22) kemarin, pihak UNESCO menyarankan perbaikan manajemen situs ketimbang membatasi jumlah pengunjung.
Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), Ahmad Suaedy sepakat dengan saran UNESCO. Menurutnya, pembenahan situs Candi Borobudur dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk perbaikan manajamen situs.
“Banyak cara untuk melindungi situs Borobudur. Ya menajemen itu yang penting,” katanya saat dihubungi NU Online, Senin (20/6/22).
Perbaikan manajemen, terang dia, dapat dilakukan dengan membuat pembatas seperti kaca atau bahan akrilik. Tujuannya, untuk mencegah kerusakan candi/stupa namun pengunjung tetap bisa melihat atau menikmati keindahannya.
“Bagaimana agar pengunjung tidak membuat dan berpengaruh terhadap kerusakan bahan-bahan situs Borobudur itu. Misalnya, bisa saja dilindungi kaca atau bahan-bahan lain yang bisa mencegah kerusakan tanpa melarang dan mengurangi minat pengunjung,” terangnya.
Selanjutnya, kata dia, stupa atau bagian-bagian candi sebaiknya hanya bisa dijangkau oleh sebagai kalangan, di antaranya para peneliti. “Hanya orang-orang tertentu seperti peneliti yang tidak terelakkan untuk bisa menyentuh bahan-bahan itu,” kata Peneliti Islam Asia Tengara itu.
Soal wacana kenaikan harga tiket yang dibatalkan pemerintah. Suaedy menilai langkah tersebut sudah tepat karena tarif tiket untuk wisatawan lokal harus dalam batas yang wajar dan bisa terjangkau oleh masyarakat luas.
“Pembatalan itu sudah sangat tepat. Jangan jadikan harga mahal untuk alasan konservasi atau apapun. Itu kurang bijaksana bagi kalangan masyarakat menengah bawah yang ingin mengunjunginya,” ungkapnya.
“Karena nanti hanya orang kaya yang bisa akses. Sementara orang kebanyakan terutama pemeluk agama yang hendak beribadah malah tidak bisa menjangkau,” sambung dia.
Sementara soal kunjungan ke Candi Borobudur, Director UNESCO Office Jakarta Mohamed Djelid justru berharap selain bisa dinikmati, akan lebih baik Borobudur juga bisa memberi manfaat bagi warga yang berada di sekitar candi. Dia menyebut masyarakat menjadi bagian dari bangunan kuno bersejarah itu.
"Kemudian situs ini juga harus memberikan keuntungan untuk komunitas (warga) di sekitar Candi Borobudur. Komunitas menjadi bagian dari situs, menjadi bagian dari monumen. Mereka yang hidup dan menghidupi monumen," kata Mohamed Djelid.
Kendati demikian, ia menyerahkan sepenuhnya kewenangan kepada pemerintah Indonesia. “Ini sepenuhnya menjadi otoritas negara Indonesia. UNESCO hanya memberikan masukan untuk membantu, bukan untuk mengambil keputusan (intervensi) tentang situs," imbuhnya.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua