Nasional

Alvara: Pembinaan Ideologi Pancasila Harus Dikemas ala Kekinian

NU Online  ·  Kamis, 18 September 2025 | 19:30 WIB

Alvara: Pembinaan Ideologi Pancasila Harus Dikemas ala Kekinian

Suasana Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) yang digelar Badan Legislasi (Baleg) DPR RI terkait Rancangan Undang-Undang Pembinaan Ideologi Pancasila (RUU PIP), Kamis (18/9/2025). (Foto: NU Online/Fathur)

Jakarta, NU Online

Pendiri Alvara Research Center Hasanuddin Ali menekankan pentingnya pendekatan berbasis generasi dalam pembinaan ideologi Pancasila.


Hal ini ia sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) yang digelar Badan Legislasi (Baleg) DPR RI terkait Rancangan Undang-Undang Pembinaan Ideologi Pancasila (RUU PIP), Kamis (18/9/2025).


Menurut Hasanuddin, mayoritas penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh generasi muda, yakni Gen Z dan milenial, yang jika digabung jumlahnya mencapai 53 persen dari total populasi. Karakteristik mereka sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.


"Anak-anak Gen Z itu 98 persen terkoneksi dengan dunia digital. Mereka adalah anak kandung internet, warga global, yang lebih banyak mengakses konten visual ketimbang naratif. Maka strategi pembinaan Pancasila harus menggunakan media digital dengan bahasa yang mereka sukai," ujar Hasanuddin.


Ketua PBNU itu juga menegaskan, penyampaian ideologi negara kepada generasi muda tidak bisa lagi menggunakan cara konvensional. Sosialisasi Pancasila harus disampaikan dengan pendekatan visual, ringan, dan sesuai minat anak muda seperti musik, film, olahraga, hingga gaya hidup.


"Sebesar apa pun substansinya, kalau disampaikan dengan bahasa yang terlalu berat, mereka tidak akan tertarik. Kita harus bisa membungkus nilai-nilai Pancasila dengan bahasa yang sederhana, bahkan receh, agar bisa diterima," jelasnya.


Ia mencontohkan platform seperti Tiktok, Instagram, dan Youtube yang kini menjadi ruang utama anak muda berinteraksi.


"Di sana tidak ada konten serius yang laku. Yang receh justru paling tinggi viewers-nya. Itu realitas yang harus kita gunakan sebagai pintu masuk," imbuhnya.


Lebih jauh, Hasanuddin juga menyinggung peran teknologi Artificial Intelligence (AI) yang banyak digunakan oleh Gen Z dan milenial.


Ia mendorong agar narasi tentang Pancasila mampu terintegrasi dalam mesin pencari maupun aplikasi berbasis AI agar tidak kalah dengan ideologi tandingan.


“Kalau bisa, narasi ideologi Pancasila harus bisa ditangkap secara benar oleh mesin pencari AI. Ini bagian dari strategi literasi dan kontranarasi digital,” ungkapnya.


Sebagai tindak lanjut, Hasanuddin mengusulkan perlunya survei nasional tahunan untuk mengukur capaian pembinaan ideologi Pancasila di berbagai generasi. Indeks ini mencakup aspek kebangsaan, persatuan, toleransi, demokrasi, keadilan sosial, hingga etika publik dan gotong royong.


"Dengan begitu kita bisa tahu, misalnya apakah benar hipotesa saya bahwa gen Z lebih lemah dalam internalisasi nilai Pancasila, dan langkah apa yang harus dilakukan untuk memperkuatnya," jelas Hasanuddin.


Ia menambahkan, pembinaan Pancasila tidak bisa hanya dilakukan secara top-down, melainkan harus melibatkan forum publik dan mekanisme umpan balik digital.


“Pertarungan ideologi di ruang digital itu nyata dan keras. Karena itu strategi literasi dan kontranarasi digital menjadi sangat penting,” pungkasnya.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang