Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Anregurutta Haji Muhammad Sanusi Baco turut hadir di antara deretan tokoh nasional pada puncak Sewindu Haul Gus Dur di Jalan Warung Silah Nomor 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (22/12) malam.
Pada malam itu, ulama kharismatik asal Sulawesi Selatan tersebut didaulat menjadi satu dari dua kiai untuk menyampaikan taushiyah. Berbagi hal ia kemukakan dalam waktu tidak kurang dari 30 puluh menit itu, termasuk membeberkan dua sebab Gus Dur menjadi orang besar.
Pertama, Anre Gurutta Sanusi mendasarkan pada definisi 'orang besar' yang diketahuinya. Menurutnya, orang besar sekalipun tubuhnya kecil, ialah orang yang mampu membuat perubahan-perubahan.Â
"Gus Dur tidak dibuat oleh perubahan, tapi dialah yang membuat perubahan itu. Karena itu Gus Dur adalah orang besar," ujarnya diikuti tepuk tangan hadirin.Â
Kedua, kebesaran Gus Dur didasarkan pada kesuksesannya dalam meminpin bangsa Indonesia.
Menurutnya, Gus Dur telah memelihara dan menjauhkan bangsanya dari perpecahan, telah mendidik bangsanya dengan penuh rasa kasih sayang dan bukan atas dasar kekuasaanya.Â
Allah sendiri, katanya, memelihara dan mendidik alam semesta ini karena kasih sayang dan bukan sebab kekuasaan-Nya.
"Beliau adalah orang yang besar," jelas ulama yang dianugerahi Doktor Honoris Cuasa dalam bidang Hukum Islam oleh UIN Alauddin Makassar pada 2012 ini.Â
Ia pun sempat mengutip sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa orang yang besar bukan terletak pada jabatan yang dia pakai, tapi terletak pada cara-cara yang dipakai untuk sampai kepada jabatan itu.
Kalau cara yang digunakan untuk memperoleh jabatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka itulah orang besar. Sebaliknya, kalau cara-cara yang dipakai dengan cara yang kotor, maka itu bukan orang besar, tapi orang kecil.
"Gus Dur menjadi presiden melalui cara-cara yang mulus melalui cinta rakyat kepadanya," pungkasnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)