Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Masyarakat Indonesia akan dapat melihat fenomena gerhana matahari pada Kamis (20/4/2023) pagi hingga siang. Mengamati Gerhana Matahari pada dasarnya sama dengan memandang matahari baik langsung maupun tak langsung. Karenanya, perlu teknik khusus dalam mengamati gerhana matahari agar bisa menyaksikan peristiwa langit langka ini namun juga menjaga mata tetap sehat.
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) membagikan tiga tips agar dapat mengamati gerhana matahari secara sehat. Hal tersebut disampaikan melalui dokumen Informasi Gerhana Matahari Campuran (Total Cincin) 29 Ramadhan 1444 H / 20 April 2023 M di Indonesia.
Pertama, pengamat gerhana matahari harus menggunakan filter matahari yang berbentuk kacamata matahari. Kacamata ini harus menggunakan filter matahari dengan filter ND5 (Neutral Density 5), yakni yang hanya bisa melewatkan 0,00001 bagian sinar matahari.
Kedua, jika tidak memiliki kacamata dengan filter tersebut, pengamat dapat menggunakan kacamata pengelas (welder glass) bernomor minimal 14.
Jika keduanya tidak ada, pengamat bisa memanfaatkan filter buatan sendiri, berupa tiga lapis negatif film fotografi hitam putih mengandung perak yang telah dipapar cahaya dan dicuci lalu direkatkan menjadi satu.
Proses pengamatan gerhana matahari melalui filter matahari, kacamata pengelas, maupun filter buatan sendiri memiliki satu aturan tegas, yakni pengamatan harus mematuhi rumus 1:1 (satu banding satu). Maksudnya, pengamatan dan istirahat setelah pengamatan paling tidak harus memiliki waktu yang sama.
“Jika kita mengamati Gerhana Matahari selama maksimal dua menit maka harus diikuti jeda (istirahat) pengamatan selama dua menit pula,” demikian keterangan dalam dokumen informasi tersebut.
Baca Juga
Anjuran saat Ada Gerhana Matahari
Sebaliknya, terdapat cara pengamatan gerhana matahari yang sangat tidak dianjurkan karena berbahaya bagi mata manusia. Pertama, pengamat menggunakan pantulan sinar matahari pada air yang tenang. Sebab intensitas sinar matahari yang terpantulkan masih sebesar 0,02 bagian sehingga masih jauh di atas nilai ambang batas sinar Matahari aman bagi mata manusia (0,00002 bagian saja).
Kedua, menggunakan bagian dalam disket (floppy disk) berupa cakram magnetik hitam. Ketiga, menggunakan CD (compact disc). Keempat, menggunakan film X–ray/Roentgen yang telah terpakai. Kelima, menggunakan filter fotografi netral dengan beragam kerapatan maupun kombinasi filter fotografi (termasuk filter polarisasi silang). Keenam, menggunakan filter–buatan–sendiri dari negatif film berwarna. Alasan empat hal tersebut membahayakan mata karena intensitas sinar matahari yang diteruskan masih masih jauh di atas nilai ambang batas sinar matahari aman.
Terakhir, menggunakan filter apapun yang dapat meneruskan cahaya benda terang selain matahari (misalnya sinar Bulan).
Pewarta: Syakir NF
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua