Nasional

Bukan Solusi Tangani HIV/AIDS, Psikolog Unusia: Poligami Justru Berpotensi Lahirkan Masalah Baru

Kamis, 1 September 2022 | 15:00 WIB

Bukan Solusi Tangani HIV/AIDS, Psikolog Unusia: Poligami Justru Berpotensi Lahirkan Masalah Baru

Poligami bukan solusi atasi HIV/AIDS, tetapi justru berpotensi menimbulkan masalah baru.

Jakarta, NU Online

Psikolog Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Maryam Alatas, tidak sepakat dengan pernyataan Wakil Gubernur (Wagub) Provinsi Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum yang menyebut poligami sebagai alternatif solusi untuk menekan penularan penyakit HIV/AIDS.


Sebaliknya, ia menilai poligami berpotensi menambah problematika baru jika hanya dianggap sebagai praktik yang dapat menekan angka penyebaran HIV sebab perilaku bergonta ganti pasangan, yang mana berkaitan dengan praktik prostitusi. 


“Perlu ditinjau kembali pernyataan tersebut. Apakah ini justru tidak menimbulkan masalah baru? Misalnya, malah akan meningkatkan angka perceraian, permasalahan ekonomi, sosial, dan lain-lain,” ungkapnya kepada NU Online, Kamis (1/9/2022).


Pasalnya, poligami dilihatnya sebagai praktik yang bukan sembarang. Terdapat sejumlah aspek yang perlu dipertimbangkan seseorang sebelum akhirnya memutuskan untuk berpoligami. 


“Poligami yang sesuai dengan ketentuan hukum agama maupun negara, tidak mudah. Ada syarat dan ketentuan yang berlaku,” papar Kepala Unit Pelayanan dan Pengembangan Psikologi (UP3) Unusia tersebut.


Selain itu, ia juga melihat poligami belum tentu menjadi solusi tepat yang dapat diterapkan untuk mengatasi perilaku gemar bergonta-ganti pasangan atau terbuka untuk berkencan dengan banyak lawan jenis dalam satu waktu. 


Ia menilai, perilaku tersebut biasanya tercermin pada seseorang yang justru tidak bisa berkomitmen. Sementara, poligami harus dilakukan dengan persiapan matang dan komitmen penuh.


“Kalau dibilang poligami sebagai solusi menekan HIV, terlalu pagi kalau kita mengatakan untuk menurunkan HIV itu dengan poligami saja. Karena belum tentu orang itu mau berpoligami. Bisa saja hanya senang bergonta-ganti pasangan. Dan tidak semua laki-laki bisa berpoligami,” jabarnya.


Lebih lanjut, poligami harusnya bisa dipahami tidak sebatas pemenuhan kebutuhan biologis semata. Lebih dari itu, persiapan mental serta ekonomi diharapkan menjadi aspek yang juga mendapat perhatian dalam porsi sama. 


“Sebelum berpoligami, tanyakan dulu pada diri sendiri apa tujuannya berpoligami,” tuturnya. 


Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum berkata menikah dan poligami bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah penularan HIV AIDS, utamanya di kalangan remaja dan suami yang gemar “jajan” sembarangan.


"Allah swt tidak akan mengimbau melaksanakan sesuatu apakah itu ibadah sunnah, wajib, kecuali kalau dilaksanakan ada manfaat, maslahat, kebarakahan, juga kebaikan. Termasuk menikah tujuannya ibadah dan berpoligami tujuannya juga ibadah," ujarnya Uu. 


Ia menilai, alih-alih suami menamengi diri dari kegemarannya “jajan” sehingga istri tidak tahu dan justru akhirnya terkena HIV/AIDS. Poligami dianggap sebagai salah satu solusi.  


"Makanya dari pada ibu kena HIV/AIDS, sementara ketahuan suami seperti itu mendingan diberikan keleluasaan untuk poligami," ujar Uu.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syakir NF