CEO Alvara Sebut Kekuatan Pendidikan di Pesantren Perlu Ditopang Bidang Sains dan Teknologi
NU Online · Selasa, 28 Oktober 2025 | 16:00 WIB
Refleksi Hari Santri yang digelar Institute for Humanitarian Islan (IFHI) di Jakarta, Selasa (28/10/2025). (Foto: NU Online/Syakir)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Pesantren masih memiliki potensi cukup kuat sebagai pusat pendidikan. Hal ini didasarkan data riset yang dilakukannya yang menunjukkan bahwa hampir 60 persen Gen Z berminat untuk memondokkan anaknya.
"Potensi pesantren masih kuat sebagai episentrum pendidikan keislaman," kata CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali pada Refleksi Hari Santri yang digelar Institute for Humanitarian Islan (IFHI) di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Hasan, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa hal tersebut perlu ditopang dengan penguatan dalam beberapa titik. Ia menyebut perlunya penguatan fasilitas dan perluasan bidang keilmuan yang dikaji, khususnya sains. Sebab, para orang tua menginginkan anaknya bukan saja memahami ilmu agama, tetapi juga pengetahuan umum.
Lebih lanjut, Hasan menjelaskan bahwa ada empat perubahan pola pemilihan pesantren di masa kini. Pertama, lokasi strategis dan akses transportasi yang mudah menjadi pilihan utama. Kedua, fasilitas yang tersedia di pesantren.
Ketiga, kiai pengasuh pesantren. Sebelumnya, kiai menjadi faktor utama pemilihan pesantren. Keempat, rekam jejak pesantren. "Ada pergeseran cara pandang masyarakat terhadap pesantren," katanya.
Dari situ, ia menegaskan pentingnya gerak transformasi dalam diri pesantren, khususnya dari sisi pengembangan fasilitas. Data risetnya menunjukkan bahwa tiga fasilitas yang sangat diharapkan di pesantren adalah kesehatan (UKS), mandi cuci kakus (MCK), dan perpustakaan. Selain ketiganya, responden juga menyebut fasilitas internet gratis, lapangan olahraga, hingga kantin dan laboratorium.
"Kiai tergeser fasilitas. Sebagian kita berbeda. Masyarakat kita (ada yang beranggapan), fasilitas lebih penting daripada kiai," katanya.
Adapun keilmuan yang diharapkan dapat diajarkan di pesantren, yaitu teknologi, digitalisasi, ekonomi dan manajemen, sains, hingga kesehatan.
"Ilmu digital, komputer, 60 persen orang menginginkan dipelajari (di pesantren)," katanya.
"Sains dominan menjadi ilmu yang ingin dipelajari di pesantren," lanjut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Senada, Tokoh Muhammadiyah Sunanto menyampaikan bahwa pesantren perlu bertransformasi dengan memadukan keilmuan agama dan umum.
"Pesantren harus beradaptasi dengan cara-cara baru. Teknologi tidak boleh menghambat kemandirian santri," katanya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua