Nasional

Curah Hujan Tinggi Hambat Bantuan, PCNU Agam Minta Modifikasi Cuaca Dipercepat

NU Online  ·  Kamis, 11 Desember 2025 | 18:30 WIB

Curah Hujan Tinggi Hambat Bantuan, PCNU Agam Minta Modifikasi Cuaca Dipercepat

Ilustrasi: rumah hancur dan akses terendam lumpur di Kabupaten Agam, Sumatra Barat. (Foto: dok PCNU Agam)

Jakarta, NU Online

Intensitas hujan yang terus mengguyur Kabupaten Agam, Sumatra Barat, mendorong Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Agam mendesak pemerintah mempercepat pelaksanaan modifikasi cuaca. Ketua PCNU Agam, Akmal Hadi, menyatakan bahwa hujan tanpa jeda telah menghambat pendistribusian bantuan logistik serta perbaikan akses jalan bagi warga terdampak banjir bandang dan tanah longsor.


Ia mengatakan, hujan biasanya turun sejak siang hari hingga pagi hari berikutnya. “Biasanya hujan mulai sekitar pukul 13.00 sampai pagi. Sampai hari ini kami masih di lokasi, dan curah hujan masih turun,” ujarnya kepada NU Online, Kamis (11/12/2025).


Menurut Akmal, kondisi cuaca tersebut menyulitkan relawan NU Peduli dalam menjalankan tugas di lapangan.

 

“Masyarakat butuh logistik yang harus segera disalurkan, sementara cuaca begini. Jadi kalau bisa, kami berharap pemerintah bisa merekayasa cuaca ini,” tuturnya.


Akmal menambahkan bahwa pemerintah sejatinya telah memulai operasi modifikasi cuaca. Namun, pelaksanaannya belum optimal karena keterbatasan armada pesawat.


“Kemarin itu armada pesawat dialihkan ke Sumatra Utara dan Aceh, sehingga untuk Sumatra Barat baru satu hari dilakukan rekayasa. Katanya fasilitas pesawat terbatas, jadi Sumatra Barat belum maksimal,” jelasnya.


Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus mengantisipasi potensi cuaca ekstrem dengan melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di sejumlah wilayah rawan bencana.


“Kita melaksanakan OMC di Aceh, Sumut, Sumbar, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dalam waktu 24 jam, terus menerus sesuai kebutuhan,” ujar Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, melalui media sosial BMKG yang diakses NU Online, Kamis (11/12/2025).

 

Faisal menjelaskan bahwa OMC dilakukan dengan dua metode, bergantung pada kondisi awan. Untuk mengendalikan hujan sebelum mencapai wilayah rawan, NaCl ditebarkan pada awan-awan di atas laut atau waduk agar hujan turun lebih awal. Sementara jika awan hujan telah berada di wilayah berisiko, CaO atau kapur tohor digunakan untuk memecah awan agar hujan tidak terjadi.

 

“Perlu diketahui, OMC tidak bisa dilakukan pada bibit siklon maupun siklon tropis karena mempertimbangkan banyak hal, seperti eskalasi yang terlalu besar, pergerakan yang cepat, hingga keselamatan penerbangan tim OMC itu sendiri,” pungkasnya.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang