Dampak Banjir Sumatra: Gatal, Demam, Batuk, dan Penyakit Menular Jadi Ancaman Serius
NU Online · Sabtu, 6 Desember 2025 | 15:08 WIB
Warga Kota Medan mengikuti pemeriksaan kesehatan di Posko 2 LPBI PWNU Sumatra Utara, pada Jumat (5/12/2025). (Foto: dok. Tim NU Peduli Sumatra Utara)
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pascabanjir yang melanda berbagai wilayah di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara memicu kekhawatiran serius terkait kondisi kesehatan warga terdampak.
Anggota Tim NU Peduli Sumatra Utara Nursapia Harahap mengungkapkan bahwa warga mulai mengalami berbagai keluhan penyakit yang muncul cepat setelah air surut.
“Kondisi masyarakat yang sudah mulai menderita sakit gatal-gatal dan penyakit lainnya. Kondisi waktu pemeriksaan tensi masyarakat yang diperiksa rata-rata tinggi, anak-anak yang mulai demam dan batuk,” ujar Nursapia kepada NU Online, Jumat (5/12/2025).
Ia menyampaikan bahwa di Posko 2 LPBI PWNU Sumatera Utara, Jalan Brigjen Katamso Gang Kenangan, Medan menyelenggarakan pemeriksaan dan pemerian obat-obatan sebagai respons cepat atas kondisi warga yang mengalami gangguan kesehatan.
Nursapia mendesak agar Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan segera mengambil langkah konkret.
“Segera memgambil langkah konkret untuk menangani kesehatan masyarakat pascabanjir, karena itu merupakan tupoksi mereka,” tegasnya.
Senada, Dosen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama mengungkapan bahwa penyakit menular seperti leptospirosis merupakan ancaman serius setiap kali banjir terjadi.
“Ketika kasus banjir seperti ini salah satu yang ditakutkan adalah leptospirosis, selain tentu saja penyakit-penyakit menular lainnya,” ujar Bayu dalam Forum Pojok Bulaksumur bertajuk Menelisik Penyebab dan Dampak Banjir Bandang Sumatera dikutip NU Online, Sabtu (6/12/2025) dari kanal Youtube UGM.
Ia menyampaikan bahwa air bersih menjadi kunci pencegahan penyakit berbass sanitasi, seperti diare.
“Tanpa itu, masyarakat mau minum dari mana? Itu meningkatkan risiko diare nanti,” katanya.
Bayu mengingatkan bahwa sanitasi buruk setelah banjir juga meningkatkan risiko penyakit akibat tidak dapat menjaga kebersihan dasar, termasuk setelah buang air besar. Selain itu, penataan tenda darurat yang tidak terkontrol akan memperbesar potensi penularan penyakit.
“Kalau tidak diatur misalnya satu shelter (tenda darurat) tidak dibatasi juga itu bisa meningkatkan penularan penyakit, kalau ada satu yang sakit itu bisa menyebar ke semua,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pentingnya pertolongan psikologis awal atau psychological first aid. Pendampingan ini terutama penting bagi warga yang menunjukkan gejala gangguan depresi berat atau kecemasan pascatrauma.
“Itu yang perlu segera diketahui dan didampingi untuk ketemu spesialis, karena mereka masih syok rumahnya hilang, keluarganya ada yang hilang,” ujarnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua