Jakarta, NU Online
Dekan FISIP UIN Jakarta Ali Munhanif berpandangan, momentum pengajuan KH Bisri Syansuri sebagai pahlawan nasional harus dimanfaatkan untuk mendorong masyarakat Indonesia dan internasional guna mengakui kiprah kiai-kiai NU sebagai bagian penting dari pendirian negara Indonesia.
Menurut Ali, peran para kiai NU, baik di tingkat lokal maupun nasional, khususnya ketika periode pembentukan negara Indonesia tidak terbantahkan. Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, para kiai NU telah mempunyai kesadaran yang tinggi tentang nasionalisme. Para kiai NU terlibat langsung merebut kemerdekaan Indonesia dan mempertahankannya.
"Para ulama, kiai, bahkan guru ngaji itu mempunyai kesadaran nasionalisme sejak awal-awal jauh sebelum masyarakat lain, komunitas lain, khususnya yang sekarang mengatasmakan Islam transnasional atau juga bahkan PKI sekali pun belum tumbuh nasionalisme mereka," kata Ali pada seminar nasional bertajuk 'KH Bisri Syansuri Berbakti dan Mengabdi untuk NKRI', Rabu (20/5).
Kesadaran nasionalisme yang melekat di tubuh NU, khususnya para kiai saat itu disebutnua sangat dibutuhkan untuk pendirian negara. Meskipun NU berlatar belakang agama Islam, tetapi tanpa peran para kiai, tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Mohammad Hatta tidak akan mampu menerjemahkan gagasan besarnya tentang bangsa ke masyarakat bawah.
Sebab, para kiailah yang merawat dan mendidik masyarakat bawah dalam tradisi ke-NU-an.
Lebih lanjut ia menyatakan peran penting NU dalam mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia dengan munculnya seruan dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari tentang resolusi jihad dan jauh sebelumnya lagu 'Yaa Lal Wathan' yang diciptakan KH Abdul Wahab Hasbullah.
Sehingga menurutnya, berbagai kontribusi dari kiai-kiai NU, seperti KH Bisri Syansuri sudah semestinya mendapatkan pengakuan supaya masyarakat luas mengetahui bahwa para kiai memiliki komitmen dan konsep nasionalisme yang jelas.
"Dengan harapan bahwa NU semakin terintegrasi ke dalam upaya-upaya mempertahankan nation-state Indonesia, di tengah perlawanan yang diperjuangkan oleh kelompok-kelompok Islam garis keras yang terus-menerus ingin mendorong Indonesia tumbuh sebagai negara Islam," terangnya.
Pembicara lain yang mengikuti seminar ini ialah Staf Khusus Wapres Mohammad Nasir, Direktur K2KRS Joko Irianto, Ketua PBNU H Robikin Emhas, Rektor UIN Semarang Imam Taufik, Akademisi UIN Syahid Jakarta, dan Ketua DPR Komisi IX Syaiful Huda.
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Abdullah Alawi