Nasional RISET DIKTIS

Gejug Lesung dan Methik Pari, Ungkapkan Syukur Masyarakat Glinggang Ponorogo

Jumat, 15 November 2019 | 21:00 WIB

Gejug Lesung dan Methik Pari, Ungkapkan Syukur Masyarakat Glinggang Ponorogo

Festival Gejug Lesung di Desa Glinggang Kecamatan Sampung, Ponorogo (Foto: dutanusantarafm.com)

Tradisi Methik Pari dan Gejug Lesung merupakan sebuah tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang yang dipengaruhi oleh agama Hindu-Budha. Tradisi itu lahir dari masyarakat yang memercayai bahwa Dewi Sri (bahasa Jawa) adalah Dewi Pertanian, Dewi Padi dan Sawah; serta Dewi Kesuburan di Pulau Jawa dan Bali. Ia di percaya sebagai Dewi yang menguasai ranah dunia bawah tanah juga bulan.
 
Muhammad Nur Rois Amin dan Fatakhul Huda, keduanya adalah dosen IAI Riyadlotul Mujahidin yang meneliti lebih dalam terkait nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan Methik Pari dan Gejug Lesung di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dalam penelitian berjudul Kolaborasi Nilai Budaya dan Religi dalam Tradisi Gejug Lesung dan Methik Peri di Desa Glinggang Sampung, Ponorogo.
 
Penelitian tersebut dilakukan berkat dukungan bantuan dari Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018.
 
Para peneliti menemukan bahwa pengaruh tradisi Methik Pari dan Gejug Lesung sangat kuat kepada masyarakat Desa Glinggang, hingga pada akhirnya mereka percaya bahwa tradisi ini dapat membawa kebaikan dan mendatangkan rezeki. Namun, dari kepercayaannya itu bisa berbahaya jika mereka percaya bahwa akan terjadinya musibah jika tradisi tersebut tidak dilakukan. Misalnya, padinya tidak akan tumbuh dengan subur dan akan mengalami penyakitan atau mudah terserang hama, dan pada akhirnya musim panen tidak bisa dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan atau bisa dikatakan sebagai musim gagal panen.

Untuk menghindarkan kaum Muslim agar tidak terjerumus pada kemusyrikan Kepala Desa beserta tokoh agama yang ada di Desa Glinggang berusaha meyakinkan penduduk bahwa niatan dalam menjalankan budaya Methik Pari dan Gejuk Lesung adalah sebagai ungkapan rasa sukur atas rezeki yang Allah berikan pada saat panen padi.
 
Menurut Nur Rois dan Huda, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan masukan maupun gambaran pada masyarakat luas tentang budaya Methik Pari dan kesenian tradisional Gejug Lesung. Selain itu juga memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang inti dari kegiatan tersebut adalah luapan rasa sukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah Swt. Penelitian ini juga sebagai inventarisasi dan pendokumentasian terhadap kesenian tradisi dalam rangka menjaga kelestarian dan keberadaan kesenian daerah.
 
Esensi dari penelitian ini merumuskan masalah bagaimana kolaborasi nilai budaya dan religi dalam tradisi Methik Pari dan Gejug Lesung di Desa Glinggang, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, sehingga tradisi ini bisa dijadikan saran mengungkap rasa syukur.
 
Peneliti menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan Etnografi karena peneliti ingin menyelidiki suatu kelompok di lingkungan kebudayaan yang alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam mengumpulkan data utama, data observasi, data wawancara. Namun, sebelum melakukan penelitian ini, peneliti sudah pernah melakukan pra penelitian tiga bulan sebelumnya. Setiap satu minggu sekali, peneliti melakukan kunjungan ke Desa Glinggang karena terdapat kegiatan-kegiatan rutin dalam melestarikan budaya Metik Pari dan Gejuk Lesung.
 
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Rois dan Huda ini menyimpulkan bahwa tradisi Methik Pari di kalangan masyarakat Desa Glinggang tidak bisa terlepas dari kehidupan keagamaan dan kepercayaan kepada sesuatu yang gaib. Ketika padi yang ditanam akan mengeluarkan isinya, terlebih dahulu mereka melaksanakan serangkaian kegiatan ritual seperti berdoa. Tradisi Methik Pari dan Gejug Lesung ini dilakukan oleh masyarakat Desa Glinggang agar padi yang ditanam menjadi tanaman yang subur dan bisa mendapatkan hasil panen yang baik, juga terhindar dari segala macam serangan penyakit atau hama.
 
Kepercayaan ini telah berjalan bertahun-tahun sebelum mengenal adanya agama. Hal ini merupakan sebuah aplikasi terhadap kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan serta roh-roh yang dianggap juga mempunyai pengaruh terhadap perjalanan sehari-hari. Dengan semua pengaruh tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat di pulau Jawa mewarnai setiap sikap yang ada dalam kehidupanya, maka di perlukan arahan serta bimbingan yang benar sesuai dengan ajaran Islam.
 
Kegiatan Metik Pari dan Gejug Lesung yang dilakukan secara bersama-sama ini selain sebagai upaya pelestarian budaya juga ada upaya pemahaman pada masyarakat agar masyarakat paham kegiatan ini dalam rangka ungkapan rasa sukur terhadap Tuhan yang Maha Esa atas rezeki yang didapat dan doa bersama yang ditujukan kepada Dewi Sri yang dianggap sebagai penjaga padi itu pada intinya adalah doa kepada Allah Swt.
 
 
Penulis: Maulan Wildan
Editor: Kendi Setiawan