Guru Besar UIN Jakarta Minta Pesantren Terus Perkuat Islam Moderat
NU Online · Kamis, 19 Desember 2019 | 20:30 WIB
"Walau pun nadanya saya tidak terlalu cemas dengan adanya gejala-gejala radikalisme di pesantren-pesantren yang disebutkan, tapi itu tidak berarti kita harus berdiam diri. Islam wasathiyahnya, Aswajanya itu harus diperkuat," kata Azyumardi di Hotel Akmani, Jakarta Pusat, Kamis (19/12), mengomentari hasil penelitian Pusat Kajian Agama dan Budaya atau Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang faktor-faktor ketahanan dan kerentanan pesantren terhadap radikalisme.
Sebab, katanya, terdapat salah satu pesantren di Sumatera Barat yang mendoktrin santri-santrinya tentang penegakkan negara khilafah dan formalisasi syariah. Doktrin seperti itu membuat wali santri menarik anak-anaknya dari pesantren, sehingga pesantrennya sepi dari santri.
"Jadi yang begini-begini harus diantisipasi, khususnya bagi pesantren yang memiliki banyak komunalitas dengan paham radikal atau ekstremisme. Itu yang harus dilihat, dipantau, diberdayakan Islam wasathiyahnya itu," katanya.
Pria yang menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah pada 1998 hingga 2006 itu mengklasifikasi Islam wasathiyah yang ada di Indonesia. Menurutnya, cerminan Islam wasathiyah di Indonesia setidaknya bisa dilihat pada Islam Nusantara yang digaungkan NU dan Islam Berkemajuan yang dikenalkan Muhammadiyah.
Terkait terminologi Islam Nusantara, ia mengaku masih banyak orang yang salah paham. Ia mencontohkan saat dirinya ke salah satu kampus yang ada di Sumatera Utata. Menurutnya, para mahasiswa di kampus tersebut belum pada mengerti tentang konsep Islam Nusantara.
"Saya bilang 'jangan salah paham tentang Islam Nusantara. Jangan ke makan sama isu atau apa yang mengatakan (menjelekkan Islam Nusantara)', kan dia (para mahasiswa) bilang 'kan shalatnya pakai bahasa Jawa, nanti kalau meninggal, kain kafannya pakai batik', jadi (pemahaman para mahasiswa) kaya aneh-aneh gitu," ungkapnya.
Kedua, Islam berkemajuan. Ia menyatakan bahwa setidaknya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Muhammadiyah tengah giat membangun pesantren.
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
2
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
5
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
6
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
Terkini
Lihat Semua