Jombang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menjelaskan semangat persatuan yang diusung KH Abdurrahman (Gus Dur) adalah warisan KH M Hasyim Asy'ari (Mbah Hasyim) dan KH Wahid Hasyim.
Hal tersebut disampaikannya saat perayaan Haul ke-11 Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Rabu (30/12). Sehingga bisa dikatakan bahwa Gus Dur konservatif, yang menjaga warisan leluhur.
"Persatuan juga diajarkan oleh kakek Gus Dur, KH M Hasyim Asy'ari yang sangat memperhatikan ukhuwah islamiyah. Fokusnya dua hal, ukhuwah islamiah dan keilmuan. Dua hal ini diwariskan kepada anak turunnya Mbah Hasyim Asy'ari," katanya.
Gus Kikin menjelaskan, warisan dari leluhurnya ini membuat Gus Dur kemudian memiliki kemampuan untuk merangkul, pendekatan ke banyak orang dan hampir semua orang akrab dengan dia.
Gus Dur sangat menekuni keilmuan agama di beberapa pesantren dan di Timur Tengah. Modal ini diamalkan di masyarakat. Ia sangat konsen dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Hingga rela jabatan presiden dilepas daripada timbul pertikaian dan konflik.
"Itu menjadi contoh yang sangat mendasar bagi kita. Tidak ada jabatan yang perlu dipertahankan apalagi mengorbankan jiwa anak bangsa. Ini perlu kita tiru," imbuhnya.
Bagi Gus Kikin, membicarakan Gus Dur yang seorang tokoh pesantren tak bisa lepas pada kenyataan bahwa ia putra seorang tokoh nasional dan cucu Hadratussyekh Hasyim Asy'ari yang dikenal kealimannya. Sehingga secara nasabnya lengkap.
Gus Dur dan Pesantren Tebuireng yang sudah 121 tahun tetap konsisten meneruskan ajaran KH Muhammad Hasyim Asy'ari. Hal ini pula yang membentuk kepribadian Gus Dur sebagai seorang santri, dan kepribadian itu tetap melekat saat menjadi presiden.
"Ajaran tiga generasi ini bisa kita jadikan rujukan dalam mengatasi berbagai masalah bangsa. Terutama yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan. Hingga tercapai negara yang baldatun wa robbul ghofur," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin