Gus Kautsar Ingatkan Tokoh Agama untuk Tak Berhenti Belajar Meskipun Sudah Terkenal
Jumat, 8 Maret 2024 | 09:15 WIB
Gus Kautsar saat mengisi acara Hadiah Akhirussanah di Pesantren Pancasila Salatiga, Jawa Tengah, Kamis (7/3/2024). (Foto: tangkapan layar Youtube Pesantren Pancasila)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Salatiga, NU Online
KH M Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar) mengingatkan para tokoh agama seperti kiai, penceramah, guru, dan tokoh publik agar tetap mau muthala'ah dan giat belajar setiap hari, meskipun sudah terkenal.
Kata muthala'ah berasal dari bahasa arab yang berarti membaca, membaca dengan teliti atau menelaah. Sementara menurut istilah, muthala'ah berarti kegiatan menelaah sebuah pelajaran secara teliti dan mendalam.
Pesan tersebut disampaikan Gus Kautsar saat mengisi Haflah Akhirussanah di Pesantren Pancasila, Blotongan, Salatiga, Jawa Tengah, pada Kamis (7/3/2024).
"Selama mau muthala'ah ilmu, maka aman. Kiai seberapa pun hebatnya, populernya, jika tidak mau muthala'ah maka akan selesai. Ilmu terus berkembang. Kiai bukan penyanyi yang menerima banyak undangan," jelasnya.
Gus Kautsar juga mengingatkan bahwa seringkali seseorang melupakan belajar karena terlalu sibuk dengan aktivitasnya. Padahal kesibukan yang dilakukan saat ini merupakan dampak dari belajar. Menurutnya, akan sangat bahaya saat seseorang yang ditokohkan dan dimintai pendapat, tetapi tidak berbicara atas dasar ilmu.
Ketika tokoh publik dalam bersikap tidak dilandasi ilmu, maka yang timbul adalah penipuan dan sesat menyesatkan. Masyarakat akan lebih rusak lagi karena yang diteladani juga rusak. Cenderungnya ke arah dukun atau klenik.
"Meskipun sudah jadi kiai, kalau tidak mau muthala'ah itu bahaya. Saya takut, kalau santri sudah boyong dan tidak mau buka kitab lagi. Karena sudah banyak yang sowan dan minta pendapatnya," imbuh tokoh asal Ploso, Kediri, Jawa Timur ini.
Gus Kautsar lalu bercerita, ia kurang berkenan terlalu banyak menerima undangan ceramah dengan alasan harus fokus belajar. Selain itu, ia juga punya tanggung jawab mengajar santri di Pesantren Al-Falah Ploso. Sementara sebelum mengajar, Gus Kautsar terlebih dahulu mempelajari materi yang akan disampaikan.
Terkhusus lagi menjelang Ramadhan yang banyak kegiatan membaca kitab kuning. Menurut Gus Kautsar, mengaji di bulan Ramadhan butuh tenaga ekstra karena harus mengkhatamkan kitab dalam estimasi waktu dua minggu. Umumnya khataman dilakukan setelah ngaji berbulan-bulan.
"Saya tidak suka menerima banyak undangan, di antara begitu banyak undangan, yang saya terima yaitu Pesantren Pancasila ini. Saya takut ketika terlalu banyak menerima undangan, tidak sempat muthala'ah, belajar, tidak boleh tidak belajar," ungkapnnya.
Alasan lain kenapa harus selalu belajar dikarenakan ilmu itu bersifat luas, sedangkan umur seseorang terbatas. Jika setiap hari tidak bertambah ilmu, maka bearti seseorang tersebut kurang barakah hidupnya.
Lalu setelah serius belajar, seseorang mulai meningkatkan keilmuan dengan mengamalkannya semampunya. Jika orang alim sudah tidak mengamalkan ilmunya maka orang tidak tertarik lagi sehingga dapat mendatangkan celaka.
"Syarat dunia padang, makmur yaitu orang alim yang mengamalkan ilmunya, dan fokus. Kedua, orang bodoh mau terus belajar. Ketiga, orang kayanya dermawan dan keempat, orang miskin yang tidak menjual akhiratnya demi dunia, memiliki kemampuan bertahan dan sabar," tandasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua