Jakarta, NU Online
KH Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah mengajak masyarakat Indonesia menggalakkan gerakan saling membantu selama Covid-19.
Diharapkan dengan begitu, masyarakat Indonesia bisa melewati proses Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ini dengan lancar dan tidak kelaparan. Pesan ini disampaikannya saat Istighotsah dan Shalawat Nariyah "Badai Covid-19 Pasti berlalu. Indonesia Sehat, Ekonomi Kuat", Ahad (17/7).
"Orang miskin melanggar karena tidak bisa makan. Maka di sinilah penting saling berbagi dan membantu sesama, karena tidak bisa banyak bergantung kepada pemerintah. Indonesia terkenal dengan negara dermawan. Sikap optimis dan pertolongan dari Allah harus selalu jadi pertama," jelasnya.
Gus Miftah menambahkan, jika bangsa Indonesia ingin segera menyelesaikan masalah Covid-19 ini, maka syarat pertama penduduknya harus rukun. Diakui atau tidak, selama pandemi ini bangsa Indonesia masih terlibat dalam konflik. Tidak mau menghormati satu dengan yang lain. Harus toleransi diutamakan.
Banyak yang belum bisa menerima pendapat orang lain. Padahal dengan rukun maka bisa saling membantu saat ada tetangganya mendapatkan musibah. Contoh membantu yang sederhana yaitu berbagi makanan, belanja di warung tetangga dan saling kirim obat saat tertimpa sakit.
"Alasan orang tidak rukun salah satu penyebabnya karena tidak adil. Saat kegiatan dibatasi, orang kaya bisa berkata jaga jarak dan jaga kesehatan. Namun, orang miskin yang kerja sehari untuk makan hari itu tidak bisa berhenti bekerja. Karena berhenti bekerja sama saja dengan berhenti mencari makan. Kuncinya saling bantu," imbuhnya.
Gus Miftah lalu mengajak masyarakat Indonesia meniru proses penyelesaian musibah ala Nabi Musa. Saat itu, umat Nabi Musa pernah ditimpa kemarau panjang yang menyebabkan kelaparan. Bahkan ada yang sampai meninggal dunia.
Kemudian Nabi Musa mengajak umatnya shalat istisqa agar diturunkan hujan. Shalat pertama belum diturunkan hujan, shalat kedua juga belum diturunkan hujan, bahkan ketika sampai pada shalat minta turun hujan ketiga kalinya dan hujan tetap belum diturunkan.
Lalu Nabi Musa bertanya kepada Allah swt alasan ditahannya hujan turun. Allah lalu berfirman, alasan menahan hujan karena ada di antara umatnya Nabi Musa tidak rukun, suka konflik, dan berbuat maksiat.
"Allah memberi syarat jika ingin hujan maka umatnya Musa harus rukun dulu dan meminta doa kepada seorang wali. Akhirnya, setelah syarat itu dipenuhi maka terjadilah hujan deras. Seorang mukmin ketika diberi masalah, harusnya semakin dekat kepada yang memberi masalah," tegas Gus Miftah.
Dikatakan, belajar dari kasus Bani Israel dilanda kekeringan yang Panjang ini. Ulama Indonesia gencar mengajak masyarakat rukun dan berdoa bersama seperti baca shalawat Nariyah. Saat itu, Allah juga meminta Nabi Musa meminta doa kepada waliyullah.
"Pilihan hidup saling menolong, rukun dan doa bersama ini sudah ada tuntunan, meniru zaman Nabi Musa. Tetap optimis, jangan takut berlebihan," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin