Gus Muwafiq: Ada Manfaat di Balik Akal Kuat Manusia
Sabtu, 24 Juli 2021 | 11:00 WIB
Gus Muwafiq saat menjadi penceramah dalam acara Konser Amal dan Doa untuk Negeri pada Jumat (23/7). (Foto: Tangkapan layar YouTube TVNU)
Afina Izzati
Kontributor
Jakarta, NU Online
KH Ahmad Muwafiq menyebut manusia hidup di dunia kemanfaatannya dari akal yang kuat dan akhlak. Manusia tidak bisa diambil manfaatnya seperti hewan dan tumbuhan. Karena tidak ada yang doyan dengan rambut dan daging manusia.
Hal tersebut disampaikan Gus Muwafiq saat menjadi penceramah dalam acara Konser Amal dan Doa untuk Negeri pada Jumat (23/7).
“Kalau ikan, kemanfaatannya dengan digoreng dan dimakan. Jadi, mereka harus mengikhlaskan dagingnya untuk kemanfaatan di dunia. Sapi kemanfaatannya pada tenaga dan dagingnya. Jeruk kemanfaatannya juga karena dimakan,” kata Gus Muwafiq.
Ia menambahkan, Allah menciptakan manusia dengan kemanfaatan berupa akal yang kuat dan mumpuni. Sehingga manusia dijadikan Allah sebagai khalifah di bumi karena memiliki akal yang banyak. “Seperti mampu bertahan hidup dengan memakan daging sapi dan buah-buahan,” ungkapnya.
Akan tetapi, menurut Gus Muwafiq, manusia terkadang lupa dengan menyingkarkan lawan-lawannya untuk bertahan hidup. “Sapi yang ditaklukkan dengan senjata, angkasa ditaklukkan dengan pesawat, lautan ditaklukkan dengan kapal,” ungkapnya.
Ia menegaskan, sampai kapan pun manusia di hadapan makhluk Allah yang lain tetap sama. Seperti lalat menganggap manusia sama dengan kotoran. Begitu mudahnya lalat hinggap di mulut manusia setelah hinggap di tempat yang kotor.
Menurut dia, tidak hanya manusia yang dapat menaklukkan makhluk lain. Sebaliknya, makhluk lain dapat juga menaklukkan manusia. “Sapi bisa ditaklukkan manusia. Tapi, terkadang manusia lupa kalau sapi bisa menaklukkannya dengan menendang,” jelasnya.
Gus Muwafiq mengungkapkan ada usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari, yaitu dengan memahami perilaku makhluk tersebut.
Patuhi Orang Berilmu
Dalam acara yang disiarkan langsung melalui Channel Youtube TVNU itu, Gus Muwafiq menerangkan, jika manusia belum memiliki ilmunya maka harus patuh dengan orang yang lebih mengerti atau berilmu, termasuk dalam hal penanganan Covid.
“Tidak usah ribut masalah vaksin yang diproduksi siapapun, ada industrinya, provokasinya dan lain sebagainya,” ungkap Gus Muwafiq.
Ia mengibaratkan seperti mobil yang butuh ban, kemudian ada pabrik ban yang tentunya mengunakan iklan. “Jangan karena kita jengkel menganggap terjadi konspirasi antara pabril ban, toko ban sekaligus mobil, lantas kita emosi tidak mau memasang ban di mobil. Ya tidak bisa jalan,” ungkapnya diiringi tawa peserta.
Gus Muwafiq juga menerangkan, kebiasaan bukan hal yang mudah dihilangkan. Namun negara berusaha membuat hukum untuk menyelamatkan warganya.
“Jadi negara tidak hanya mengatur rakyat, tapi juga harus melakukan penyelamatan. Mau masyarakat percaya atau tidak,” ungkapnya.
Ia menyebut, adanya PPKM menjadi ikhtiyar yang dilakukan negara untuk menjamin situasi agar segera kembali normal.
“Sebenarnya satu-satunya cara yang paling mungkin adalah pembatasan sosial, tapi itu tidak mudah untuk diserahkan kepada budaya masyarakat yang sosiologi antropologinya adalah makan atau tidak makan yang penting kumpul,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua