Indonesia Dorong Diplomasi Hijau Berbasis Agama di Kancah Global
NU Online · Ahad, 7 Desember 2025 | 23:15 WIB
Menag Nasaruddin Umar berpidato dalam ajang Dialog Kerukunan Lintas Agama di Auditorium KH M Rasji Gedung Kemenag Jakarta Pusat. (Foto: Musthofa Asrori)
Ali Musthofa Asrori
Kontributor
Jakarta, NU Online
Indonesia kembali menegaskan perannya sebagai motor dialog kerukunan dunia dengan mendorong pendekatan baru dalam diplomasi global: diplomasi hijau berbasis agama.
Gagasan ini mengemuka dalam Dialog Kerukunan Lintas Agama (Dialogue on Interreligious Harmony/Hiwar al-Wiam Bainal Adyan) yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) bekerja sama dengan Liga Muslim Dunia (Muslim World League/MWL) di Auditorium KH M Rasjidi, Jakarta, dengan ekoteologi; hubungan antara iman dan tanggung jawab terhadap alam, sebagai fokus utama.
Lebih dari 350 peserta menghadiri forum tersebut. Mulai dari pejabat Kemenag, tokoh lintas agama, akademisi, hingga komunitas keagamaan.
Besarnya animo publik tidak lepas dari meningkatnya perhatian terhadap isu lingkungan, terlebih setelah bencana besar yang melanda Sumatra dan Aceh kembali menyadarkan pentingnya keseimbangan ekosistem.
Menteri Agama Prof KH Nasaruddin Umar menegaskan bahwa diplomasi Indonesia tidak hanya bertumpu pada politik dan ekonomi. Akan tetapi, juga nilai spiritual yang dapat menjadi fondasi penyelesaian krisis ekologis global. Ia menekankan bahwa keimanan seseorang harus tercermin dalam perlakuannya terhadap lingkungan.
“Tidak mungkin seseorang mengaku beriman secara utuh jika masih merusak lingkungan,” ujar Menag, Sabtu (6/12/2025).
Ia menambahkan bahwa ekoteologi semakin relevan dalam konteks dunia yang tengah menghadapi krisis iklim, deforestasi, dan degradasi lingkungan.
Menurut salah satu Rais Syuriyah PBNU ini, kerukunan umat beragama internasional tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan. Ketika alam rusak, stabilitas sosial, kenyamanan beribadah, dan kehidupan masyarakat terganggu.
"Oleh karena itu, Indonesia menawarkan pendekatan diplomatik yang mengintegrasikan nilai keagamaan dan tanggung jawab ekologis sebagai model kerukunan baru yang dapat diadopsi dunia," terangnya.Â
Terobosan penting
Gagasan tersebut mendapat sambutan positif dari Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Mohammed bin Abdul Karim al-Issa. Ia menilai bahwa forum internasional yang mengangkat tema hubungan antaragama dan Ekologi masih sangat jarang, padahal kerusakan lingkungan merupakan ancaman universal.
“Ketika banjir atau kerusakan ekosistem terjadi, tidak ada satu pun kelompok agama yang terbebas dari dampaknya,” kata Syekh Issa.Â
Ia menyebut ekoteologi Indonesia sebagai terobosan penting dalam percakapan global tentang keberlanjutan dan peluang membangun solidaritas lintas agama dalam menghadapi krisis iklim.
Dialog ini juga menghadirkan pemimpin berbagai agama, termasuk Menag periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin, Philip Kuntojo Widjaja, Christophorus Tri Harsono, Jacklevyn Frits Manuputty, Ketum Matakin Xueshi (Xs) Budi Santoso Tanuwiibowo, dan I Ketut Budiasa.
Para pembicara memaparkan prinsip ekologis dari tradisi agama mereka, mulai dari konsep amanah menjaga bumi dalam Islam, stewardship dalam Kristen, Tri Hita Karana dalam Hindu, welas asih dalam Buddha, harmoni dalam Khonghucu, hingga kearifan lokal Nusantara seperti memayu hayuning bawana.
Dari diskusi tersebut, mengemuka kesepahaman bahwa kerukunan antarumat beragama perlu diperluas menjadi kerukunan ekologis: relasi harmonis antara manusia dan alam.
Konsep ini, menurut para tokoh, merupakan jembatan penting untuk membangun stabilitas global yang berkelanjutan.
Sekjen Kemenag Kamaruddin Amin menambahkan, melalui kerja sama strategis antara Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Setjen Kemenag dan Liga Muslim Dunia, Indonesia tidak hanya menunjukkan kapasitasnya sebagai laboratorium kerukunan dunia.
"Akan tetapi, juga sebagai pelopor diplomasi hijau berbasis agama. Pendekatan ini digadang-gadang dapat memperkuat posisi Indonesia dalam forum internasional serta membuka ruang kolaborasi lintas negara dan lintas iman dalam menjaga bumi," pungkas Kamaruddin.Â
Terpopuler
1
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
2
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
3
Silaturahim PBNU Sesi Pertama di Tebuireng Selesai, Prof Nuh: Cari Solusi Terbaik untuk NU
4
Kiai Sepuh Respons Persoalan PBNU: Soroti Pelanggaran Pemakzulan dan Dugaan Kekeliruan Keputusan Ketum
5
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
6
Gus Yahya Bakal Hadiri Undangan Silaturahim di Pesantren Tebuireng
Terkini
Lihat Semua