Jakarta, NU Online
Islam Rahmatan Lil Alamin atau dalam pengertian Islam agama yang memberi rahmat bagi semua golongan merupakan esensi dari ajaran Islam. Ajaran ini bukan basa-basi atau sebuah ‘strategi negosiasi’ atau pendekatan pada kelompok agama yang berbeda.
Pernyataan itu disampaikan oleh Dosen Senior Monash University Melbourne Australia, Nadirsyah Hosen dalam diskusi ‘Forum Tashwirul Afkar’ yang bertajuk ‘Islam Agama Kemanusiaan’, di PBNU, Senin (10/9).
Islam Rahmatan Lil Alamin, lanjut Gus Nadir juga harus dipraktikkan dalam situasi apapun, baik dalam kondisi sedang terpuruk ataupun sedang jaya.
“Kita mengatakan Islam rahmatan alamin bukan karena kita secara akademik atau secara ekonomi kalah dengan barat atau untuk menghibur diri kita kita kata-kata Islam rahmatan alamin,” kata Rasi Syuriya PCINU Austraia dan Selandia Baru ini.
Nilai itu, lanjutnya, merupakan jelmaan dari etika nilai-nilai universal yang diajarkan oleh Nabi Muhammad yang mengajarkan umat Islam untuk terus memegang akhlaqul karimah.
Islam juga mengajarkan untuk menyampaikan pendapat dengan cara yang santun, tidak menjelek-jelekkan orang lain. “kita tetap harus berdakwah dengan cara yang hasanah. Kalau pun harus berdebat dengan cara lebih baik ‘Billati Hiya Ahsan’,” terangnya.
Bahkan, nilai ini harus tetap dipraktikkan dalam kondisi peperangan sekalipun. Tedapat etika yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dalam peperangan untuk tidak membunuh perempuan, anak kecil, pendeta dan merusak rumah ibadah.
“Jadi Islam rahmatan lil Alamin bukan strategi saat Islam kalah lantas berubah menjadi beringas pada pemeluk agama lain saat kita ‘menang’. Nilai ini berlaku dalam semua keadaan,” kata Gus Nadir.
Dalam diskusi ini Gus Nadir juga menyampaikan pandangannya tentang Islam sebagai agama kemanusiaan. http://www.nu.or.id/post/read/95495/islam-sebagai-agama-kemanusiaan-dalam-pandangan-nadirsyah-hosen-.
Diskusi yang digelar di perpustakaan PBNU di lantai 2 ini dipenuhi oleh peserta dari berbagai latar belakang profesi. Di akhir acara sejumlah peserta meminta waktu untuk mengabadikan momen dengan foto bersama Gus Nadir. (Ahmad Rozali)