Kelas Menulis Esai Pesantren dan Ulama NU Online Institute Berakhir, Peserta: Perlu Diadakan Lagi
NU Online Ā· Ahad, 26 Oktober 2025 | 21:00 WIB
Pertemuan daring kelas menulis esai pesantren dan ulama yang digelar NU Online Institute. (Foto: tangkapan layar/Risky)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Kelas Menulis Esai Pesantren dan Ulama yang diselenggarakan NU Online Institute berakhir. Hingga sesi penutupan peserta yang berhasil bertahan mencapai 36 orang.
Hal itu disampaikan Direktur NU Online Institute Ahmad Mundzir saat dihubungi NU Online, Sabtu (25/10/2025) malam. Ia mengatakan bahwa kelas menulis itu dirancang sebagai kaderisasi penulis esai pesantren dan ulama dengan berbagai perspektif.
"Kelas yang telah diasuh oleh Dirut NU Online H Hamzah Sahal ini juga menghadirkan narasumber tamu, mulai dari Martin Van Bruinessen, Haidar Bagir, Ginanjar Syaāban, Ayung Notonegoro, Abdullah Alawi, Muhammad Iqbal untuk menambah banyak perspektif kepada para peserta," ujar Mundzir.
Ia menilai agenda berjalan secara efektif. Hal ini diukur dari antusias peserta dalam mengerjakan tugas tiap pertemuan.
"Buktinya, kelas belum selesai, sudah ada tulisan peserta yang sudah tayang di NU Online," jelasnya.
Meski demikian, ia mengaku akan membenahi kekurangan yang ada. Untuk itu, pihaknya berencana akan mengadakannya kembali pada tahun depan.
"Insyaallah di tahun 2026 ada kelas menulis keislaman dan kelas jurnalistik. Kita sedang menyiapkan dengan skema pakai learning management system-nya," pungkas Mundzir.
Dihubungi terpisah, salah satu peserta dari Ma'had Aly Darul Ulum, Jombang, Muhammad Zein Wildan mengaku puas dengan desain kelas tersebut. Pasalnya, ia mengaku dapat pengalaman baru dari aspek pendekatan dalam penulisan.
"Saya beberapa kali mengikuti kelas kepenulisan tapi kelas menulis ini memberikan pengetahuan-pengetahuan baru seputar literasi dengan pendekatan turats," kata Wildan saat dihubungi NU Online, Ahad (26/10/2025) sore.
Ia mengungkapkan, kelas menulis yang diadakan secara daring enam pertemuan itu menambah semangat menulisnya. Sebab, kelas itu disebut menjadi penghubung dirinya dengan penulis keislaman yang lain. Oleh karena itu, ia menyarankan agar kelas ini dipertahankan pelaksanaannya.
"Ketika teman-teman tahu saya ikut kelas ini, mereka banyak yang tertarik ingin ikut juga, sehingga saya pikir sangat perlu untuk diadakan kembali," ucap alumnus Madrasah Mu'allimin Hasyim Asy'ari Tebuireng itu.
Sejalan, Mahasiswi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Aeni Nur Azizah menyampaikan motivasinya mengikuti kelas tersebut. Ia beritikad dapat memproduksi tulisan yang mampu menembus hati dan menyentak pikiran seperti karya-karya KH Ahmad Mustofa Bisri.
"Tulisan Abah Mus yg mampu menggugah pikiran dan hati saya, dan tentunya juga para penulis hebat lainnya," ucapnya.
Ia mengungkapkan, kelas ini membawa angin segar baginya dalam dunia kepenulisan. Dalam enam pertemuan itu, ia mengaku mendapatkan perspektif baru memandang pesantren berikut nilai-nilai di dalamnya.
"Terutama mengenai membuat paragraf yang menarik dan mengembangkan ide sederhana menjadi tulisan argumentatif," ujar pegiat mading universitas itu.
Hal tersebut penting, lanjutnya, karena menulis bukan sebatas menuangkan gagasan tetapi juga sebagai bentuk refleksi dan komunikasi dengan masyarakat. Dengan demikian, ia berharap kelas menulis semacam itu rutin diadakan.
Terpopuler
1
Gus Yahya Ajak Seluruh Pengurus NU Siapkan Muktamar Ke-35 sebagai Jalan Terhormat dan Konstitusional
2
Pertemuan Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah di Lirboyo Putuskan Muktamar Ke-35 NU Bakal Digelar Secepatnya
3
KH Miftachul Akhyar Undang Rapat Konsultasi Syuriyah dengan Mustasyar PBNU di Pesantren Lirboyo
4
Gus Yahya Tanggapi KH Miftachul Akhyar soal AKN-NU, Peter Berkowitz, hingga Dugaan TPPUĀ
5
KH Miftachul Akhyar Sampaikan Permohonan Maaf terkait Persoalan di PBNU
6
Khutbah Jumat: Rajab, Shalat, dan Kepedulian Sosial
Terkini
Lihat Semua