Ketua PBNU Jelaskan Pentingnya Revolusi Mental di Era Modern
Senin, 24 Oktober 2022 | 03:00 WIB
Ketua PBNU, Prof KH Mohammad Mukri saat berbicara pada Workshop Revolusi Mental bertema Penguatan Ekonomi Nahdliyin Berbasis Pondok Pesantren di Hotel Aston Inn Mataram Nusa Tenggara Barat, Ahad (24/10/2022). (Foto: istimewa)
Muhammad Faizin
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Mohammad Mukri mengajak masyarakat agar banyak bersyukur dengan kondisi Indonesia dan dunia di era modern saat ini. Menurutnya apa pun fenomena yang sedang terjadi saat ini, baik di Indonesia maupun di dunia pada umumnya kematian yang disebabkan oleh kelaparan relatif sangat kecil jumlahnya.
"Justru sebaliknya, kematian manusia tertinggi disebabkan karena kelebihan makan. Demikian juga kematian karena peperangan dan pandemi, relatif kecil dibanding yang terjadi pada abad-abad sebelumnya," katanya saat menjadi pembicara pada Workshop Revolusi Mental bertema Penguatan Ekonomi Nahdliyin Berbasis Pondok Pesantren di Hotel Aston Inn Mataram Nusa Tenggara Barat, Ahad (24/10/2022).
Prof Mukri mengingatkan bahwa sudah seharusnya golongan yang relatif sudah tidak ada permasalahan ekonomi dan sektor kehidupan lainnya bisa membantu golongan yang membutuhkan. Sikap ini merupakan aspek mental yang perlu dibangun di Indonesia agar tidak menjadi masalah berkelanjutan.
"Yadul ulya khairun min yadissufla. Tangan di atas lebih mulia dari tangan yang di bawah," katanya pada kegiatan yang merupakan kerja sama PBNU dengan Kemenko PMK selama tiga hari yakni 23-25 Oktober 2022 ini.
Untuk memaksimalkan situasi ini menurutnya, perlu dilakukan revolusi mental yakni perubahan mendasar dalam sikap, karakter, mentalitas serta cara berpikir yang diwujudkan dalam perilaku dan tindakan sehari-hari dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"Berdasarkan Global Talent Competitiveness Indeks, tingkat daya saing Indonesia masih berada di angka 38,61. Angka ini di bawah Thailand dan di atas Laos dan cukup jauh dari pemuncak indeks yakni Singapura dengan nilai 77,27," ungkapnya kepada NU Online.
Berdasarkan data ini, maka penting bagi masyarakat khususnya warga NU untuk melakukan revolusi mental yang bertujuan agar Indonesia menjadi negara yang maju, modern, makmur, sejahtera, dan bermartabat.
"Ada tiga nilai yang perlu ditanamkan dalam revolusi mental ini yakni integritas, etos kerja, dan gotong royong," ungkapnya.
Di antara sektor kehidupan yang perlu diperkuat adalah revolusi mental di bidang pendidikan. Pendidikan menurutnya merupakan basis utama dalam mewujudkan revolusi mental di Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan lanjutnya harus mampu membentuk karakter peserta didik guna mewujudkan Indonesia maju.
"Revolusi mental dimulai dari bidang pendidikan sebagai basis pembentukan karakter," ungkapnya.
Sementara revolusi mental dalam bidang pendidikan memiliki faktor penggerak yakni tersedianya sistem pendidikan yang baik, tersedianya seperangkat nilai karakter yang baik,ketersediaan SDM yang baik, Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai serta adanya partisipasi masyarakat.
Ia mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembentukan karakter siswa, dan tidak bisa hanya mengandalkan pendidikan di sekolah. Masyarakat juga bisa ikut serta dalam pengembangan pendidikan serta Pengawasan Pendidikan.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua