Ketum MUI Tekankan Pentingnya Sinergi Antar-Komponen Negara untuk Wujudkan Kesejahteraan Umat
NU Online · Kamis, 20 November 2025 | 21:30 WIB
Ketum MUI KH Anwar Iskandar saat berpidato dalam Pembukaan Munas XI MUI di Jakarta, pada Kamis (20/12/2025). (Foto: NU Online/Risky)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhammad Anwar Iskandar menegaskan bahwa kesejahteraan umat hanya bisa dicapai melalui sinergi yang kuat antar-komponen negara.
Ia menilai bahwa pemerintah, aparat keamanan, pengusaha, dan para ulama memiliki peran masing-masing dalam membangun kemandirian bangsa.
“Omong kosong kita bicara soal kesejahteraan umat tanpa ada sinergitas yang utuh,” kata KH Muhammad Anwar Iskandar saat pembukaan Munas XI MUI di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Kamis (20/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa ulama perlu bersinergi dengan para pengusaha Muslim dalam berbagai bidang, terutama ekonomi dan bisnis. Dalam sejarah Islam, teladan tersebut dicontohkan oleh Nabi Muhammad yang mengembangkan kemampuan tata usaha bersama saudagar kaya, Khadijah, jauh sebelum menerima risalah kenabian.
“Itu artinya ar-Risalah An-Nabawiyah, tidak bisa dilepaskan dari kekuatan ekonomi. Isyarah-isyarah ini seharusnya harus kita tangkap,” ujarnya.
Selain bidang ekonomi, Kiai Anwar juga menyoroti pentingnya kerja sama dalam menjaga keamanan negara. Menurutnya, kesejahteraan mustahil terwujud tanpa adanya rasa aman di tengah masyarakat.
“Di sinilah pentingnya kita bersinergi dengan pemerintah, tentara, dengan polisi dan seluruh kekuatan negara untuk menjaga negara ini tetap dalam keadaan negara yang aman. Lalu baru diperintahkan (agar) rezeki diberikan kepada seluruh rakyatnya,” tuturnya sambil menukil awal doa Nabi Ibrahim dalam QS Al-Baqarah ayat 126.
Acara pembukaan Munas MUI 2025 ini turut dihadiri Menteri Agama RI Nasaruddin Umar. Ia menyampaikan bahwa tugas utama seorang ulama adalah melakukan transformasi sosial.
Nasaruddin merujuk pada teladan Nabi Muhammad yang berhasil mengubah masyarakat berbasis kesukuan menjadi komunitas yang berlandaskan kasih sayang.
“Inilah tugas majelis ulama, bagaimana mentransformasikan ikatan-ikatan primordial, ikatan-ikatan lokal, menjadi suatu ikatan global, ikatan holistik, ikatan integral,” ungkap Imam Besar Masjid Istiqlal itu.
Nasaruddin mengajak seluruh peserta Munas untuk mengikuti rangkaian musyawarah dengan kesungguhan, guna melahirkan rumusan keputusan yang relevan dengan perkembangan zaman.
“Mari kita melahirkan keputusan-keputusan yang paralel dengan tuntutan-tuntutan dunia,” tandasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua