Nasional RISET BLA JAKARTA

Langkah Interpretasi Naskah Hikayat Nabi Bercukur

Rabu, 18 Desember 2019 | 14:45 WIB

Langkah Interpretasi Naskah Hikayat Nabi Bercukur

Potongan Naskah Hikayat Nabi Bercukur (Foto: eap.bl.uk)

Hikayat Nabi Bercukur (HNB) yang diteliti oleh Mahmudah dari Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia merupakan salah satu bentuk kajian naskah kuno yang banyak digandrungi oleh ahli filologi abad mutakhir ini. 

Pada dasarnya, penelitian naskah kuno sebagaimana yang dilakukan Mahmudah, tidak dapat dilepaskan dengan naskah-naskah lain serta situs-situs bersejarah pada masa itu. Sehinggarealitas sosial masyarakat yang tidak dituliskan dalam HNB, dapat dilengkapi dengan keterangan naskah dan situs kuno lainnya.
 
Dalam proyek penelitian tahun 2019 ini, peneliti hanya menemukan naskah HNB dalam manuskrip yang disimpan oleh Abdul Roni. Dalam artian naskah HNB Lampung hanya ditemukan satu bentuk yang sama sekali tidak digandakan dan tidak pula ditemukan padanannya.

Sementara itu, naskah-naskah pendukung lain semisal sejarah Lampung dan sejarah Islam Lampung tidak banyak dituliskan oleh sejarawan dan para peneliti. Sehingga manuskrip Lampung sangat sulit ditemukan. Selain itu, sejarah masyarakat Lampung yang dituliskan Kerajaan Banten dan Kerajaan Palembang, telah dimusnhkan oleh Kolonial Belanda. 

Beberapa alasan tersebut menyulitkan Mahmudah dalam menginventarisir manuskrip kuno Lampung sebagai pembanding dan pelengkap informasi terkait HNB itu sendiri. 
 
Langkah Penelitian Naskah HNB
Berdasarkan keterangan di atas, penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah dapat dikatakan sebagai salah satu trobosan baru yang mencoba mendalami sejarah Lampung dengan nuansa Islam khususnya dari manuskrip naskah kuno HNB.
 
Untuk mengungkap makna di balik teks HNB, dalam penelitian ini Mahmudah melakukan beberapa langkah dan proses interpretasi secara bertahap. Pertama, inventarisasi naskah. Langkah ini dikerjakan dengan eksplorasi kenaskahan HNB, mulai dari pengumpulan, pengkajian hingga pendalaman naskah itu sendiri. Dalam tahap ini Mahmudah melakukannya dengan studi lapangan dan studi pustaka.
 
 
Setelah peneliti melakukan studi lapangan dan studi pustaka, pihaknya hanya menemukan satu buah naskah HNB yang terdapat di Lampung. Dengan kata lain, naskah yang dieksplorasi dalam proses penelitian kali ini merupakan naskah tunggal.Sehingga dalam penyuntingan teks naskah tersebut ada dua cara yang bisa digunakan, yaitu edisi diplomatik dan edisi standar atau edisi kritik.
 
Bersamaan dengan itu, Mahmudah menemukan beberapa naskah yang mirip dengan HNB Lampung. Di antaranya adalah naskah Nabi Meucuko yang ditemukan di Aceh dan naskah Nabi Haparas yang tersimpan di Museum Nusa Tenggara Barat. Tema besar kedua naskah tersebut nyaris sama dengan HNB Lampung.
 
Kedua, langkah kodikologi. Langkah ini diperlukan untuk mendeskripsikan naskah HNB secara fisik. Langkah kodikologi digunakan untuk mengungkap seluruh seluk-beluk aspek naskah tentang HNB itu sendiri, mulai dari umur naskah, tempat penulisan dan perkiraan penulis naskah
 
Dalam pendekatan ini, Mahmudah menemukan naskah HNB berjumlah 28 halaman. Delapan halaman dalam keadaan rusak, dua halaman rusak parah dan delapan belas sisanya masih utuh. Semua naskah tersebt dituliskan pada kulit kayu dengan ukuran naskah 11,7 x 9 cm dan ukuran teks 10,5 x 8 yang sudah diberi nomor halaman kecuali pada lembar ke-8,7,6 dan 9 yang naskahnya sudah rusak.

Temun ini secara fisik menunjukkan bahwa umur naskah HNB sudah tergolong tua. Bahkan bila dirujuk pada hasil eksplorasi berbagai refrensi terkait, peneliti menemukan naskah HNB dituliskan sejak awal Islam memasuki tanah Lampung, antara abad 15-16 M.
 
Kajian kodikologi berikutnya peneliti menemukan aksara yang digunakan dalam penulisan HNB berupa aksara Lampung klasik. Adapun bahasanya menggunakan bahasa Melayu yang dipengaruhi bahasa Serang. Analisis tersebut menunjukkan bahwa persebaran Islam di tanah Lampung berkaitan dengan penyebaran Islam di Banten yang dipelopori oleh Raden Fatahillah (Sunan Gunung Djati).

Ketiga, pendekatan sosiologi sastra. Langkah ini digunakan untuk mengungkapkan aspek isi teks HNB. Melalui pendekatan sosiologi sastra, peneliti mampu melihat singkronisasi naskah HNB dengan realitas sosial masyarakat Lampung. Realitas sosial yang dimaksudkan di sini mempunyai arti sejauh mana teks naskah HNB mencerminkan kenyataan saat saat itu, baik yang ada di luar maupun yang diacu oleh teks naskah HNB.
 
Berdasarkan kajian sosiologi sastra ini peneliti dapat menggolongkan naskah HNB sebagai karya sastra Melayu bercorak Islam. Hal ini dapat disimpulkan dari realitas naskah HNB yang merupakan gabungan dari identitas Melayu dan keislaman. Identitas Melayu yang dimaksudkan terdapat pada pemilihan bahasa, pemilihan aksara dan pola penulisan yang mirip dengan corak dan karakter sastra Melayu pada umumnya.
 
Sementara identitas keislaman yang dimaksudkan peneliti adalah kandungan isi teks,ajaran pokok yang hendak disampaikan bahkan nilai aqidah dan kepercayaan yang suratkan berupa ajaran Islam. Realitas ini menunjukkan bahwa Islam masuk ke tanah Lampung menggunakan pendekatan yang luwes dan tidak merusak identitas masyarakat yang telah terbangun sebelumnya.
 
Pendekatan sosiologi sastra selanjutnya menghasilkan suatu temuan akulturasi adat antara masyarakat Lampung dan Islam. Menurut peneliti, pada dasarnya masyarakat Lampung sudah sejak dahulu melakukan tradisi beucuko pada setiap bayi. Maka setelah Islam masuk, dalam tradsisi beucuko diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan ritual-ritual keilslaman. Maka, menurut peneliti, akulturasi adat ini merupakan keberhasilan pengaruh HNB yang mengajarkan keyakinan kepada Allah dan Rasulallah.
 
Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian naskah kuno ada beberapa pendekatan khusus yang perlu dilakukan secara tertib dan mendalam. Dalam hal ini, Mahmudah dalam proses penelitian naskah HNB dilakukan dengan tiga tahap secara berurutan, mulai dari inventarisasi naskah, telaah kodikologi dan telaah sosiologi sastra. Ketiga langkah tersebut tampaknya bisa diterapkan pada proyek penelitian naskah kuno berikutnya.
 
 
Penulis: Ahmad Fairozi
Editor: Kendi Setiawan