Nasional

LK PBNU Tegaskan Program MBG Harus Berlandaskan 3 Prinsip Kesehatan

NU Online  ·  Selasa, 30 September 2025 | 19:00 WIB

LK PBNU Tegaskan Program MBG Harus Berlandaskan 3 Prinsip Kesehatan

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Seorang siswi sekolah dasar sedang mencicip makanan dalam program MBG. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) M Zulfikar As’ad (Gus Ufik) menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) harus berlandaskan tiga prinsip kesehatan berbasis disiplin kesehatan komunitas.


Menurutnya, ketiga prinsip ini penting agar program berjalan efektif, tepat sasaran, dan benar-benar menjadi investasi kesehatan bagi anak bangsa.


Gus Ufik menjelaskan bahwa prinsip pertama adalah fokus pada pencegahan, yakni menekankan tindakan preventif melalui promosi dan edukasi kepada seluruh pemangku kepentingan.


Kedua, partisipasi aktif masyarakat dengan melibatkan sekolah, madrasah, guru, orang tua, hingga siswa secara langsung dalam proses identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.


Ketiga, pendekatan holistik yaitu memandang kesehatan tidak hanya dari sisi individu, tetapi juga keluarga, lingkungan, dan budaya masyarakat.


“Program ini jangan sekadar jalan, tetapi harus berorientasi pada pencegahan, promosi, edukasi, dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara menyeluruh,” ujar Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang, Jawa Timur itu.


Gus Ufik juga menyoroti sejumlah persoalan dalam pelaksanaan program MBG, salah satunya kasus keracunan makanan pada siswa. Karena itu, ia mendesak Badan Gizi Nasional (BGN) dan pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh.


“Istilah MBG sebaiknya diperjelas menjadi Makanan Bergizi Siswa, agar masyarakat tidak salah menafsirkan tujuan program,” tegasnya.


Pesantren sebagai rujukan

Lebih lanjut, Gus Ufik mencontohkan pesantren sebagai rujukan pengelolaan makanan skala besar. Ia menilai, pesantren sudah terbiasa mengelola dapur umum untuk melayani ribuan santri setiap hari, dengan pola yang aman, lancar, bahkan efisien dari segi biaya.


“Tidak perlu malu belajar ke pesantren. Karena pengelolaan konsumsi dalam skala besar sudah biasa dilakukan di lingkungan pesantren. Ini bisa menjadi inspirasi untuk memastikan MBG berjalan efektif, aman, dan efisien,” lanjutnya.


Menurutnya, dengan berpegang pada prinsip kesehatan komunitas serta adanya sinergi antarpihak, program MBG dapat menjadi instrumen penting dalam mencetak generasi sehat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan.


“Intinya, jangan sampai ada sesuatu yang tidak kita inginkan. Program MBG ini harus benar-benar menjadi investasi kesehatan bagi anak bangsa,” pungkas Gus Ufik.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang