Luncurkan Buku Ekoteologi Islam, Menag: Integrasi Kesadaran Lingkungan dengan Nilai Agama
NU Online · Rabu, 8 Oktober 2025 | 12:00 WIB
Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar saat meluncurkan Buku Ekoteologi Islam dan Buku Policy Brief dalam Acara MADADA Fest 2025 di Auditorium Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (7/10/2025). (Dok Kemenag)
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Menteri Agama (Menag) Prof Nasaruddin Umar meluncurkan Buku Ekoteologi Islam dan Buku Policy Brief sebagai langkah konkret Kementerian Agama (Kemenag) dalam mengintegrasikan kesadaran lingkungan dengan nilai-nilai keagamaan.
“Kita hari ini melaunching buku ekoteologi. Konsep ekoteologi itu adalah segitiga human, nature, and God atau manusia, alam, dan Tuhan. Segitiga ini harus simetris dan saling terintegrasi,” ujarnya dalam Acara Festival Masjid Berdaya Berdampak (MADADA Fest) 2025 di Auditorium Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (7/10/2025).
Menag menjelaskan bahwa peluncuran buku ini merupakan hasil dari International Conference on Islamic Eco-Theology for the Future of the Earth yang berlangsung pada 14-16 Juli 2025. Menurutnya, konferensi tersebut menjadi tonggak penting dalam sejarah pemikiran Islam kontemporer, yang mengintegrasikan nilai-nilai spiritual Islam dengan tantangan ekologis global secara mendalam dan progresif.
Senada, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam), Prof Abu Rokhmad menyampaikan bahwa peluncuran kedua buku tersebut merupakan bagian dari komitmen Kemenag untuk menghadirkan Islam yang membawa maslahat bagi manusia dan alam.
“Pemberdayaan ekonomi berbasis masjid dan ekoteologi Islam adalah dua sisi dari satu tujuan: menghadirkan kemaslahatan yang nyata bagi masyarakat dan bumi tempat kita hidup,” ujarnya.
Buku ekoteologi Islam: konsepsi dan implementasi
Menag berharap bahwa buku ini dapat menjadi rujukan utama dalam pengembangan ekoteologi Islam yang kontekstual dan berakar pada pengalaman Indonesia sebagai bangsa Muslim terbesar di dunia.
Buku ini terdiri atas lima subtema, yaitu: (1) ajaran Al-Qur’an dan sunnah Nabi tentang etika lingkungan; (2) integrasi ekoteologi dalam pendidikan Islam dan praktik keagamaan; (3) kerangka etika Islam untuk keadilan iklim dan dialog lintas agama; (4) penguatan agenda kebijakan publik berbasis ekoteologi Islam; serta (5) implementasi nilai keislaman dalam gerakan ekologis global.
Di samping itu, Menag juga berharap bahwa Buku Policy Brief berjudul Ekoteologi Islam dan Krisis Iklim: Membangun Jalan Etis dan Berkelanjutan mampu memberikan arah strategis bagi kebijakan nasional menuju pembangunan berkelanjutan yang selaras dengan nilai-nilai agama.
Buku ini mengidentifikasi sejumlah tantangan, seperti ketimpangan regulasi dan rendahnya kesadaran sosial masyarakat. Untuk itu, dirumuskan empat strategi utama, yakni (1) mengintegrasikan prinsip ekoteologi Islam dalam kebijakan iklim nasional dan daerah; (2) meningkatkan literasi ekologi umat melalui pendidikan, dakwah, media, dan kegiatan komunitas; (3) memperkuat peran tokoh dan lembaga keagamaan dalam membangun kesadaran kolektif tentang keadilan ekologis; serta (4) mendorong regulasi dan aksi lingkungan yang sejalan dengan prinsip keseimbangan (mizan), amanah, dan pelestarian ciptaan.
Selain memuat kerangka kebijakan, buku ini juga menawarkan strategi implementasi ekoteologi yang meliputi reinterpretasi kurikulum tafsir dan fiqh lingkungan, pengembangan program Green Mosque (Masjid Hijau), kampanye digital dakwah ekologis, serta penguatan gerakan sosial berbasis ukhuwah makhlukiyyah atau persaudaraan sesama makhluk hidup.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
5
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua