Maraknya UPF dalam Menu MBG, BGN Sebut Boleh Dikonsumsi Asal Sesuai Batas
NU Online · Selasa, 23 Desember 2025 | 18:00 WIB
Ahli Gizi Masyarakat Tan Shot Yen (pegang mic) dan Dewan Pakar BGN Ikeu Tanzia. (Foto: Haekal Attar)
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
Ahli Gizi Masyarakat Tan Shot Yen menyoroti maraknya penggunaan Ultra-Processed Food (UPF) dalam menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia mengungkapkan bahwa sejumlah menu MBG mengandung UPF, bahkan susu formula turut dibagikan kepada anak usia satu hingga tiga tahun (batita) melalui puskesmas.
Hal tersebut disampaikan Tan Shot Yen dalam diskusi publik bertajuk Refleksi Program MBG: Antara Janji Politik, Tata Kelola, dan Dampak yang digelar di Ruang Belajar Alex Tilaar, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2025).
“Secara de facto, pihak puskesmas justru mengeluhkan karena apa yang dibagikan dalam MBG ini bertabrakan dengan edukasi yang selama ini disampaikan ke masyarakat, misalnya anjuran menyusui hingga usia dua tahun atau lebih,” ujarnya.
Ia menambahkan, Indonesia sejatinya telah memiliki panduan pemberian makan bayi dan anak. Bahkan, berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2023, susu formula untuk anak usia satu tahun dinilai tidak lagi dibutuhkan.
Sementara itu, Dewan Pakar Badan Gizi Nasional (BGN) Ikeu Tanzhia menjelaskan bahwa UPF merupakan makanan hasil olahan yang dirancang agar memiliki cita rasa lebih menarik dan daya simpan lebih lama. Menurutnya, UPF bukan makanan yang dilarang, selama dikonsumsi secara bijak.
“UPF ini boleh dikonsumsi, tetapi tentu dalam batas yang wajar. Produk-produk tersebut memiliki izin edar dari BPOM. Yang penting adalah memperhatikan label kandungan gizi, seperti gula dan natrium,” kata Ikeu.
Ia menjelaskan bahwa batas asupan natrium untuk anak-anak sekitar 1.500 miligram per hari. Sementara itu, satu lembar keju olahan, misalnya, dapat mengandung sekitar 300 miligram natrium.
Ikeu juga mencontohkan batas konsumsi gula harian anak yang direkomendasikan maksimal 30 gram per hari. Jika satu keping biskuit mengandung sekitar 5 gram gula, maka konsumsi enam keping biskuit dalam sehari sudah memenuhi batas tersebut. “Di sinilah pentingnya literasi gizi bagi orang tua,” tegasnya.
Menurut Ikeu, peran ahli gizi sangat penting dalam memadupadankan konsumsi makanan, termasuk UPF, agar tetap seimbang dan sesuai dengan kebutuhan anak.
“Literasi gizi terkait UPF masih rendah. Ada anggapan seolah-olah semua biskuit harus dihindari. Padahal yang lebih penting adalah pengaturan porsi dan keseimbangan asupan,” jelasnya.
Diskusi tersebut menegaskan pentingnya evaluasi berkelanjutan terhadap Program MBG, khususnya dalam memastikan kualitas gizi menu yang disajikan, sekaligus meningkatkan literasi gizi bagi masyarakat agar tujuan peningkatan kesehatan anak dapat tercapai secara optimal.
Terpopuler
1
Istikmal, LF PBNU Umumkan Awal Rajab 1447 H Jatuh pada Senin 22 Desember
2
KH Abdullah Kafabihi Mahrus: “NU Menyangkut Jutaan Orang, Tidak Bisa Disamakan dengan Pesantren”
3
Hasil Musyawarah Kubro di Lirboyo: Serukan Islah hingga Usulkan Penyelenggaraan MLB
4
Data Hilal Penentuan Awal Bulan Rajab 1447 H
5
Dianjurkan Puasa Rajab Mulai Besok, Ini Niatnya
6
Lembaga Falakiyah Instruksikan Rukyatul Hilal Awal Rajab 1447 H
Terkini
Lihat Semua