Nasional

Memperbanyak Kader Pembuat Konten untuk Menyiarkan Konten Islam Ramah

Sabtu, 29 September 2018 | 13:55 WIB

Memperbanyak Kader Pembuat Konten untuk Menyiarkan Konten Islam Ramah

Pelatihan Jurnalistik di PWNU Bangdung

Bandung, NU Online
Sabtu (29/9) kantor PWNU Jawa Barat dipenuhi oleh puluhan pemuda berusia rata-rata kepala dua. Sebagian dari mereka adalah anggota organisasi pelajar, mahasiswa, dan pemuda NU seperti PMII dan IPNU/IPPNU dan Ansor. Di kantor PWNU Jabar, mereka hadir sebagai peserta dalam kegiatan pelatihan jurnalistik video yang digelar sejak Jumat hingga Ahad (28-30/9).

Tujuan jangka pendeknya untuk melahirkan pembuat konten video jurnalistik dari kalangan muda NU, dan dalam jangka panjang, memperkuat islam wasatiyah atau islam moderat di masyarakat melalui memperbanyak konten Islam moderat di media sosial.

Kegiatan yang melibatkan 30 peserta ini diselenggakan atas kerja sama beberapa lembaga antara lain, Lembaga Ta'lif wn Nasyr (LTN) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), LTN PWNU Jawa Barat, 164 Channel dan Majliz Dzikir Hubbul Waton.

Ketua PBNU, Robikin Emhas mengatakan bahwa salah satu tujuan pelatihan ini adalah untuk mengenalkan lebih luas nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin atau islam washatiyah sebagai solusi dari menguatnya fenomena Islam phobia yang menguat di berbagai wilayah.



“Tujuannya adalah untuk menyebarkan lebih luas nilai-nilai islam yang lebih ramah kepada masyarakat luas,” kata Robikin pada NU Online, Sabtu (29/9). Untuk itu, para peserta training perlu memahami tujuan dilahirkannya Nahdlatul Ulama, yang memuat dua mandat: pertama adalah mandat keagamaan dan mandat kenegaraan. 

Dengan memahami kedua mandate tersebut, diharapkan konten yang dilahirkan kelak menjadi konten yang benar-benar mewakili sudut pandang ke-NU-an, baik dalam manhaj berpikir dan bertindak. “almas’uliyah addiniyah, wal mas’uliyah alwatoniyah, adalah kerangka berpikir yang mesti dikuasai untuk membuat video yang baik,” kata Robikin.

Dalam kesempatan yang sama, sekretaris jendral Majlis Dzikir Hubbul Waton, Hery Azumi mengatakan bahwa agenda ini merupakan sebuah konsolidasi islam ramah ala ahlussunnah waljamaah yang dalam jangka watu yang panjang berupaya mengemukakan Islam ramah atas islam yang menawarkan kekerasan.

Hery meyakini, Islam washatiyah atau Islam ramah merupakan Islam yang banyak dianut di negara-negara lain. “Islam washatiyah adalah islam lama yang masih banyak di tempat lain, namun belum terkonsolidasi kembali. Maka dari itu, kegiatan ini adalah bagian dari upaya menyatukan islam ramah yang masih belum tersambung di tingkat global,” kata Hery.



Ia melanjutkan, penggunaan media sosial di era digital pada dasarnya memudahkan konsolidasi yang  ia maksud. Namun hal itu membutuhkan penguatan narasi Islam damai di media sosial sehingga pesan islam ramah ini bisa didengar oleh muslim di negara-negara lain.

Kegiatan ini, lanjut Hery rencananya akan digelar di 20 zona berbeda se-Indonesia. Dari puluhan zona pelatihan tersebut, diharapkan akan melahirkan para pembuat konten Islam ramah yang kelak akan mengonsolidasi lahirnya para jurnalis video islam ramah yang berasal dari lokal-lokal yang berbeda. 

Kegiatan ini sendiri pada prinsipnya membahas dua hal: pertama adalah ideologisasi NU dan kedua mempertajam penguatan kemampuan jurnalisme terutama di bidang jurnalisme video. “Secara kapasitas susunan materi 30 persen untuk ideologisasi dan 70 persen untuk penguatan teknis video-journalism,” terang Direktur 164 Channel, Ayi Fahmi.

Prosentase demikian dibuat agar para peserta memiliki waktu yang cukup untuk melakukan prakti dalam proses pembuatan video jurnalistik mulai dari penentuan sudut pandang berita, menentukan narasumber, membuat skrip berita, melakukan peliputan hingga proses editing video. 



Di samping itu, pelatihan pembuatan jurnalisme video, kegiatan ini juga memfasilitasi pelatihan video streaming. “Karena video streaming banyak dilakukan di pesantren-pesantren. Jadi kita fasiitasi jugga untuk belajar itu,” jelasnya.

Dalam pelatihan ini, terdapat sejumlah narasumber dihadirkan untuk melatih peserta menjadi seorang jurnalis video, antara lain reporter video dari Trans7 Jawa Timur yang memaparkan pembuatan berita video dan seorang redaktur NU Online yang menggambarkan proses penyusunan dan jenis-jenis berita.  (Ahmad Rozali)