Pesantren Hijau Wujud Penerapan Ekoteologi, Satu Santri Satu Pohon untuk Indonesia yang Lestari
NU Online · Rabu, 15 Oktober 2025 | 22:00 WIB
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Dalam momentum peringatan Hari Santri 2025, Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan gerakan Pesantren Hijau sebagai wujud nyata penerapan konsep ekoteologi di lingkungan pesantren. Program ini mengusung semangat Satu Santri Satu Pohon untuk berpartisipasi aktif dalam penghijauan dan pelestarian alam.
Direktur Pesantren Kemenag Basanang Said menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian penting dari gerakan nasional penghijauan sekaligus refleksi ajaran agama yang menekankan kepedulian terhadap lingkungan.
“Ekoteologi yang sudah dilakukan yaitu santri menanam, satu santri satu pohon, bagian dari pelaksanaan Hari Santri. Jadi, kita akan menghijaukan Indonesia dengan melibatkan enam juta santri dan akan bekerja sama dengan Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup untuk gerakan santri menanam itu,” ujarnya saat ditemui NU Online di Jakarta Pusat, Selasa (14/10/2025).
Basnang mengimbau bahwa setiap pesantren harus menyediakan ruang terbuka hijau, taman bunga, dan area pepohonan untuk menciptakan suasana yang sejuk dan nyaman bagi para santri.
“Dengan adanya pepohonan itu, anak-anak jadi nyaman tinggal di pesantren yang sejuk dan rindang, akhirnya dapat mempengaruhi semangatnya anak-anak untuk belajar,” ungkapnya.
Menurutnya, tujuan utama penerapan konsep ekoteologi di pesantren adalah menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, indah, dan sehat. Lebih dari itu, gerakan ini menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai teologis kepada santri tentang pentingnya menjaga alam sebagai amanah Allah swt.
Basnang menambahkan bahwa dalam Al-Quran surah Ar Rum ayat 41, dijelaskan tentang kerusakan alam yang disebabkan oleh perbuatan manusia.
“Jadi jangan selalu menyalahkan Tuhan. Sesungguhnya ada kontribusi kita yang membuat alam ini rusak. Maka Pesantren akan mengambil bagian penghijauan, dalam rangka memelihara alam itu,” ujarnya.
Beberapa pesantren telah menerapkan Pesantren Hijau, diantaranya Pondok Pesantren Al-Hamid di Jakarta Timur, Pesantren Al-Ikhlas di Bone, dan Pesantren As’adiyah di Wajo, Sulawesi Selatan.
“Saya yakin pesantren-pesantren lainnya juga sama hijau dan rindangnya,” katanya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa pesantren yang ramah lingkungan juga melibatkan partisipasi masyarakat sekitar.
“Pesantren ramah lingkungan bukan hanya tanggung jawab warga pesantren, tetapi juga masyarakat sekitar yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan hijau,” ucapnya.
Basnang berharap, gerakan ini tidak hanya dilakukan oleh segelintir pesantren, tetapi menjadi budaya bersama di seluruh pesantren Indonesia.
“Harapannya bukan hanya satu atau dua pesantren yang melakukan upaya penghijauan, tapi seluruh pesantren nantinya memiliki ruang hijau agar tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi para santri,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua