Potensi Intoleransi dan Radikalisme di Lembaga Pendidikan Perlu Diperhatikan
Kamis, 17 September 2020 | 15:00 WIB
Kepala BLA Jakarta Nurudin Sulaiman (kedua dari kanan) saat membuka resmi bedah buku karya Ali Muhtarom. (Foto: Dok. BLAJ)
Ali Musthofa Asrori
Kontributor
Bekasi, NU Online
Potensi intoleransi dan radikalisme di lembaga pendidikan perlu diperhatikan bersama. Dua potensi tersebut tidak merujuk ke satu entitas agama tertentu, namun ke seluruh agama. Oleh karena itu, seluruh lembaga pendidikan mulai dasar hingga perguruan tinggi patut memetakannya agar tidak meluas hingga ke masyarakat umum.
Hal tersebut dikatakan Kepala BLA Jakarta Nurudin Sulaiman saat menjadi pemantik diskusi sekaligus membuka resmi bedah buku ‘Ideologi dan Lembaga Pendidikan Islam Transnasional di Indonesia Kontestasi, Aktor dan Jaringan’ karya Ali Muhtarom yang digelar di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (16/9).
“Selain itu, perlu juga kajian atau riset terkait jaringan intelektual di Indonesia, misalnya jaringan intelektual ulama. Kemudian patut kita cermati jaringan itu bukan hanya dalam konteks nusantara, namun juga dunia. Saat ini, jaringan intelektual ulama di mana pun patut dicermati bagaimana jejaring itu berkembang,” kata Nurudin.
Tentang buku yang dibedah, menurut dia, sangat menarik sebab berbasis riset tentang sejumlah institusi pendidikan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa sekolah-sekolah yang ada di negeri ini termasuk di sekolah di bawah perwakilan negara sahabat.
“Jadi, negara-negara asing di Indonesia juga memiliki satuan pendidikan. Lalu apakah mereka juga berkewajiban mengajarkan pendidikan agama bagi para siswa, bagaimana pelaksanaannya, apakah memiliki korelasi dengan pendidikan nasional kita misalnya,” ujar Nurudin.
Doktor Kebijakan Publik Universitas Indonesia ini menambahkan, jika merujuk kepada UU Sisdiknas 2006 Pasal 12 Ayat 1 dinyatakan bahwa seluruh siswa berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik seagama.
“Saya berharap, usai bedah buku ini ditemukan sejumlah rekomendasi yang bisa diberikan kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti dalam rumusan kebijakan dalam rangka perbaikan pengelolaan pendidikan secara nasional,” harapnya.
Ali Muhtarom selaku penulis buku dalam paparannya mengatakan, buku yang ia tulis merupakan buku hasil riset disertasi yang secara umum memotret tentang pendidikan di Indonesia. Dalam buku hampir 400 halaman itu, ia mengangkat perspektif tentang bagaimana posisi lembaga pendidikan dari luar negeri di Indonesia.
“Penelitian saya ini memokus kepada setidaknya empat hal, yakni menjelaskan perkembangan Salafisme dan Syi’isme global serta bentuk konstruktif Saudi dan Iran dalam persaingan berebut pengaruh di dunia Islam. Lalu, menjelaskan peran ideologi dan lembaga pendidikan Islam transnasional Salafi dan Syi’ah dalam mengkonstruksi bentuk pemahaman keislaman di Indonesi,” paparnya.
Selain Ali Muhtarom selaku penulis buku, kegiatan tersebut mengundang dua narasumber pembanding, yakni Anggota Ombudsman RI Ahmad Suaedy yang hadir secara daring, dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Khamami Zada yang datang langsung.
Di sela bedah buku, Kepala BLA Jakarta Nurudin Sulaiman melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama dengan Gerak Literasi Indonesia yang dihadiri langsung direktur lembaga tersebut, yakni A Khoirul Anam. Penandatanganan disaksikan Ali Muhtarom, Khamami Zada, Kasubag TU BLA Jakarta Heri Susanto, dan para peserta bedah buku.
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua