Prof Quraish Shihab Perbaiki Arti Kata Ja’akum dalam QS Al-Taubah Ayat 128
Sabtu, 28 September 2024 | 19:00 WIB
Tangkapan layar Prof Quraish Shihab (tengah) saat menghadiri harlah ke-20 Pusat Studi Al-Quran sekaligus Maulid Nabi di Masjid Bayt Al-Qur’an, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (28/9/2024).
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta,NU Online
Penulis Tafsir Al-Mishbah Prof M Quraish Shihab memperbaiki kesalahan arti dari kata ja'akum pada QS al-Taubah ayat 128 dalam karyanya tersebut.
Prof Quraish menyatakan bahwa lafal Laqad bermakna 'Allah bersumpah dengan penuh kesungguhan'. Sementara, menurutnya, lafal selanjutnya seharusnya diartikan dengan ‘telah mendatangi kalian’ bukan 'datang kepada kalian'.
"Yang membaca Al-Mishbah saya koreksi di sini, di sana (kitab tafsir) ditulis ‘telah datang kepadamu’ mestinya ‘telah mendatangimu’," katanya pada acara peringatan hari lahir ke-20 Pusat Studi Al-Quran sekaligus Maulid Nabi di Masjid Bayt Al-Qur’an, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (28/9/2024).
Tokoh yang juga pendiri PSQ itu mengungkapkan bahwa pemilihan kata untuk arti Al-Qur'an tersebut memiliki kesan yang berbeda. Ketika menggunakan kata 'kepada' maka ada kesan berjarak. Prof Quraish mengaitkan hal itu sebagaimana Allah Swt memerintahkan seorang anak untuk berbakti kepada orang tua.
"Apa bedanya? Kalau 'kepada' itu ada jarak. 'Saya mengirim kepadamu', ada jarak. Sama halnya ketika Allah memerintahkan seseorang untuk berbakti kepada orang tua. Allah tidak mengatakan birra' ya walidaika, tapi birrul walidaini atau wabil walidaini," ungkapnya.
Lalu tokoh yang juga merupakan alumnus Mesir tersebut menerangkan fungsi huruf ba dalam kata birrul walidain atau wabil walidaini.
"Ba’ itu lil irshad, kamu harus mendempet dengan orang tuamu, jangan ada jarak antara kamu dengan orang tuamu. Tapi ketika berkata, berbaktilah kepada orang tuamu, bisa berkesan bahwa apa yang Anda lakukan adalah untuk orang tua Anda, tidak. Kalau Anda berbakti kepada orang tua bukan untuk kemaslahatan orang tua tetapi untuk kemaslahatan Anda," terangnya.
Dengan begitu, dikatakan bahwa ja’akum adalah bukti bahwa Nabi Muhammad menaruh perhatian tinggi kepada umat manusia.
"Di sini ja’akum (artinya) dia telah mendatangimu, dia berbaur dengan kamu bukan dia yang mengundang kamu datang, itu artinya ja’akum,” imbuhnya.
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa lafal ja’a berbeda dengan ata. Menurutnya, lafal ja’a digunakan untuk sesuatu yang agung dan tanggung jawab yang besar sebagaimana QS Adz-Dzariyat ayat 26.
"Lalu ja’a digunakan untuk yang agung, yang dahsyat, yang paling baik dan bisa jadi berat dipikul. Berbeda dengan kata ata yang boleh jadi ringan. Hal ataka haditsul ghasyiyah, berita tentang hari kiamat itu ringan dibanding dengan hari kiamat," ujarnya.
Prof Quraish melanjutkan pemaparannya hingga akhir ayat. Pemaparannya sempat terhenti sebab air matanya berlinang saat menjelaskan pengorbanan dan cinta Nabi Muhammad kepada umat Islam.
Acara dengan tema Meraih Kenikmatan Hidup Bersama Al-Quran tersebut juga menghadirkan pendakwah KH Ahmad Bahauddin Nursalim, Ketua Dewan Pakar PSQ Dr KH Ahsin Sakho, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla dan sejumlah tokoh serta ratusan jamaah.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua