Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin menyampaikan setidaknya ada tiga esensi tarekat sebagai suatu jalan yang ditempuh Muslim dalam menjalani kehidupan beragamanya. Hal itu disampaikan saat membuka secara virtual Musyawarah Nasional (Munas) JATMAN di Jakarta, Ahad (13/3/2022).
Pertama, jelas Wapres, tarekat menyasar pembersihan hati, baik membersihkan hati dari syirik (at-tashfiyyah qulub), baik syirik jali (terang-terangan), maupun syirik khafi (sembunyi-sembunyi). Esensi tarekat ini juga menyucikan hati dari sifat-sifat buruk (at-tazkiyyah qulub).
“Hati yang baik akan memberikan dampak baik pada dirinya beserta orang lain. Sebaliknya bila hati jelek maka akan melahirkan dampak yang tidak baik juga bagi dirinya dan orang lain,” ujarnya.
Memperkuat argumentasinya, Kiai Ma’ruf mengutip sebuah Hadits yang menegaskan, bahwa di dalam diri kita itu ada segumpal darah yang kalau baik, baik seluruh tubuhnya. Jikalau jelek, rusak, maka seluruh tubuhnya akan menjadi rusak.
Pembersihan hati, lanjut Wapres, akan memberi efek positif terhadap hidupnya hati. “Tanda hidupnya hati adalah ketika hati mengirimkan alarm atau sinyal untuk mengingatkan kita pada saat melakukan kesalahan atau meninggalkan ketaatan,” jelasnya.
Sementara orang yang hatinya telah mati, sambung Kiai Ma’ruf, ditandai dengan tidak ada rasa sedih saat tidak melakukan ketaatan dan tidak menyesal saat melakukan kesalahan.
Esensi kedua, yaitu menjaga hati agar tetap hidup sehingga ia bisa mengirimkan sinyal pengingat saat manusia berbuat kesalahan atau meninggalkan ketaatan.
“Esensi tarekat lainnya pada upaya menjaga hidupnya hati untuk melahirkan perasaan-perasaan beribadah (masyair ubudiyah), perasaan bersaudara (masyair ukhuwiyah), dan perasaan kebangsaan (masyair wathaniyah),” urainya.
Esensi tarekat juga, lanjut Wapres, berupa metode untuk menempuh jalan bertobat dan meminta ampunan kepada Allah swt.
“Kita selalu diminta untuk melakukan introspeksi diri (muhasabah) mengenai siapa diri kita sebenarnya dan apa tujuan kehidupan ini, serta apa yang sudah kita lakukan,” terang Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Namun, Wapres menggarisbawahi, umat tidak cukup diminta membersihkan hati dan menjaga ketaatannya kepada Allah swt. Umat juga diberikan tugas untuk memakmurkan bumi.
“Oleh karena itu, perlu juga dibangun generasi mu’ammiriin (yang memakmurkan bumi), sesuai perintah Allah dalam Al-Qur’an (Surat Hud ayat 61),” ujarnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua