Nasional

Singgung Pembakaran Al-Qur'an di Swedia, Ketum JQHNU Ajak Umat Introspeksi

Sabtu, 29 Juli 2023 | 11:00 WIB

Singgung Pembakaran Al-Qur'an di Swedia, Ketum JQHNU Ajak Umat Introspeksi

Ketua Umum JQHNU Kiai Saifullah Ma'shum saat menyampaikan pidato pembukaan Rakernas JQH di Hotel Sahid Jakarta, pada Jumat (28/7/2023) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Jam'iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (PP JQHNU) KH Saifullah Ma'shum menyinggung soal kasus pembakaran Al-Qur'an oleh Salwan Momika di Swedia beberapa waktu lalu.


Kiai Ma'shum kemudian mengajak para pengurus JQHNU dan umat Islam Indonesia untuk sama-sama melakukan introspeksi diri.


Menurutnya, kasus pembakaran Al-Qur'an di Swedia itu, ada andil dari umat sendiri yang menyulut amarah pihak lain. Salah satunya karena pemaknaan terhadap teks kitab suci yang 'menakutkan'.


Hal tersebut diungkapkan Kiai Ma'shum dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) JQHNU di Hotel Sahid Jakarta, pada Jumat (28/7/2023) malam.


Di forum Rakernas JQHNU 2023 itu, ia mengajak seluruh peserta yang merupakan para ahli Qur'an untuk mampu mendiskusikan sejumlah isu strategis. Kiai Saiful menegaskan, kebutuhan umat lebih dari sekadar aktivitas bergumul dengan kitab suci seperti tadarus dan khatmil Qur'an.


“Ketika di Swedia meletus pembakaran Al-Qur'an dengan sangat sengaja oleh Salwan, keturunan Arab yang atheis, yang menganggap Al-Qur'an sebagai biang keladi konflik di dunia, kalau kita mau jujur sebenarnya ada andil kita kenapa ada hal itu,” jelas Kiai Ma'shum.


Ia kemudian menjelaskan bahwa mushaf dan teks kitab suci itu terbuka sehingga siapa pun bisa membaca dengan cara apa pun. Terlepas dari seseorang itu fasih atau tidak dan paham atau tidak dalam membaca Al-Qur'an. Tetapi, dari sisi penalaran kandungan, kitab suci umat Islam itu terbuka untuk dimaknai siapa pun.


“Lalu muncullah penafsiran sebagian kelompok Muslim yang memaknai (Al-Qur'an) secara menakutkan. Kami JQH tidak melakukan reaksi atau sikap. Karena kalau kita introspeksi, ada andil dari kita untuk terjadinya hal itu,” tutur Kiai Ma'shum.


Mendialogkan teks Al-Qur'an
Ia mengingatkan para pengurus JQHNU se-Indonesia soal tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah memberikan pemahaman kepada para guru ngaji untuk mampu mendialogkan teks-teks Al-Qur'an dengan norma dan nilai luhur bangsa. 


“Dengan demikian, Al-Qur'an sungguh-sungguh bisa menjadi solusi bagi kehidupan umat manusia. Jika Al-Qur'an menjadi solusi, maka tidak akan disalahpahami,” ungkapnya.


Lebih lanjut, Kiai Ma'shum menjelaskan bahwa di Rakernas JQHNU 2023 ini akan ada tiga komisi yang akan fokus membahas sejumlah isu strategis.


Pertama, komisi organisasi. Komisi ini akan membahas draf perubahan PD/PRT JQHNU.Termasuk soal lambang, logo, dan mars organisasi.


Kedua, komisi program. Komisi ini akan mengevaluasi program yang telah berjalan dan membahas rencana program kerja yang akan diusulkan untuk kepengurusan mendatang.


Ketiga, komisi taushiyah. Di dalam komisi ini, para peserta Rakernas JQHNU akan membahas rekomendasi, baik secara internal maupun eksternal, mengenai persoalan keagamaan, kebangsaan, persoalan ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan.


Kiai Ma'shum menegaskan, JQHNU tidak ingin hanya berasyik-masyuk larut dalam kebahagiaan spiritual sendiri tetapi justru melupakan kebutuhan masyarakat. JQHNU pun ingin ikut berkontribusi pada keberlangsungan kehidupan umat manusia.


“Untuk ikut memberikan kontribusi yang sebenarnya, kita membutuhkan bantuan dari para ahli Qur'an,” jelasnya.


Tidak cukup baca dan hafal Qur'an 
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf memberikan arahan kepada para pengurus JQHNU yang mengikuti Rakernas ini.


Salah satu arahannya adalah agar para pengurus mampu memberikan pemahaman kepada umat bahwa tidak cukup menghafal dan membaca Al-Qur'an saja. Tetapi, perlu untuk menyadari kalau di dalam kitab suci itu mengandung barakah yang luar biasa.


“Penting bagi jamiyah ini memikirkan tentang strategi yang harus dibangun supaya bukan hanya soal membaca dan menghafal. Tetapi, juga pemahaman tentang makna dan barakahnya bisa ikut dihidupkan di tengah masyarakat,” jelas Gus Yahya.


Hal itu diungkap Gus Yahya karena melihat fenomena saat ini yang sedang marak animo masyarakat untuk belajar membaca dan menghafal Qur'an. Fenomena itu ditandai di antaranya dengan menjamurnya rumah tahfidz di mana-mana.


“Bahkan, Gubernur Jawa Barat sampai bikin Sadesha (Satu Desa Satu Hafiz). Karena saking maraknya animo untuk membaca dan menghafal,” tandas Gus Yahya.