Nasional

Sosiolog Nilai Budaya Pamer Lahir dari Hasrat Ingin Dapat Pengakuan dan Perhatian

Kamis, 2 Maret 2023 | 16:30 WIB

Sosiolog Nilai Budaya Pamer Lahir dari Hasrat Ingin Dapat Pengakuan dan Perhatian

Pamer harta dan barang mewah karena ingin mendapatkan pengakuan dan perhatian. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

Pasca viralnya kasus penganiayaan dan aksi pamer kemewahan yang dilakukan anak pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo, satu persatu pejabat yang hartanya fantastis dan gemar memamerkan kekayaan juga menjaadi sorotan publik. 


Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto tengah menjadi sorotaan warganet lantaran harta kekayaannya serta kerap pamer barang mewah yang diduga miliknya di media sosial.


Kini nasib Eko Darmanto hampir sama dengan Rafael Alun Trisambodo. Dalam waktu dekat Eko Darmanto akan dicopot dari jabatannya.


Menanggapi fenomena itu, Dosen Sosiologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Mujtaba Hamdi menilai bahwa budaya pamer yang dilakukan pejabat lahir dari hasrat yang tidak tervalidasi. 


“Ini tentu dipengaruhi oleh hasrat memperoleh pengakuan sosial di tengah dunia sosial media yang serba berebut perhatian dan pengakuan,” kata Mujtaba kepada NU Online, Kamis (2/3/2023). 


Ia mengatakan ketika seseorang merasa belum tercukupi ‘kebutuhan untuk diakui’, maka mereka akan melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan kebutuhan itu. 


“Pamer adalah satu cara tercepat,” ujar Direktur Eksekutif Wahid Foundation itu.


Hal itu dibenarkan oleh Psikolog Keluarga Nurmey Nurulchaq, alasan orang suka pamer adalah butuh pengakuan atau aktualisasi diri.


“Agar dapat pengakuan dari masyarakat maka ia memamerkan harta yang dimilikinya,” kata Nurmey. 


Secara psikologis, terang dia, dampaknya tidak langsung memicu kepada tindakan kriminal. Tapi, juga tidak baik bila dibiarkan apalagi dinormalisasi 


“Hanya disayangkan saja. Sebab perlakuan semacam ini bila dibiarkan bakal memicu permasalahan sosial lain,” terang dia. 


Terlepas dari masalah tersebut, jelas dia, aksi pamer harta bukan fenomena baru dalam kehidupan, apalagi media sosial saat ini seolah medorong seseorang untuk memamerkan harta kekayaannya. 


“Mulai dari unggahan di media sosial mengenai kendaraan mahalnya atau pembicaraan seperti gaya hidup mewah yang sengaja dipublikasikan,” tandas dia. 


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Syakir NF