Wamen PPPA: Evaluasi MBG Harus Diutamakan, Kasus yang Tersebar di Medsos Jadi Pembelajaran
NU Online · Selasa, 23 Desember 2025 | 21:00 WIB
Wamen PPPA Veronica Tan saat menjadi narasumber dalam Diskusi Publik Refleksi Program MBG: Antara Janji Politik, Tata Kelola, dan Dampak, yang digelar di Ruang Belajar Alex Tilaar, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (23/12/2025). (Foto: NU Online/Haekal)
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (Wamen PPPA) Veronica Tan menyebut bahwa evaluasi program dari Makan Bergizi Gratis (MBG) harus diutamakan. Menurutnya, masalah MBG yang sudah tersebar di media sosial harus dianggap sebagai pembelajaran.
Hal itu disampaikannya saat diskusi publik bertajuk Refleksi Program MBG Antara Janji Politik, Tata Kelola, dan Dampak yang digelar di Ruang Belajar Alex Tilaar, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (23/12/2025).
"Program MBG ini tujuan asal-muasalnya itu adalah benar-benar ingin ada perubahan perilaku, ingin supaya anak-anak sehat, ingin supaya anak-anak berkualitas, dan supaya dapat menu sehat, jadi yang paling kita harus kumpulkan adalah kita harus melihat dari garis besarnya," tegasnya.
Ia juga menegaskan bahwa program MBG dirancang secara inklusif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Veronica menambahkan bahwa pada tahun depan, Kementerian PPPA berencana mendorong pendekatan aglomerasi agar kembali difokuskan ke wilayah terpencil.
"Ini saya langsung cepat-cepat mengambil porsi, saya ingin terlibat, karena yang bisa dilakukan dengan dapur dan komunitas yang membangun kepada ibu hamil, balita, dan juga ibu menyusui, inilah porsinya kami," katanya.
"Kami ingin MBG ini sampai kepada perut ibu hamil. Yang artinya program itu sudah ada, tapi bagaimana implementasi? Nah inilah yang harus kita olah sama-sama dan tentu terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak," tambahnya.
Menurut Veronica, keterbukaan terhadap pembelajaran merupakan kunci kemajuan. Ia menilai bahwa keberanian untuk melangkah dan melakukan perbaikan bersama sangat diperlukan
"Jadi sebenarnya ini adalah porsi di mana kita balik lagi, kita satukan hati, satukan pikiran, bersama-sama kita sebagai orang Indonesia, baik dari media, dari sisi edukator, itu punya porsinya masing-masing untuk mengambil bagian dan memperbaiki," jelasnya.
Lebih lanjut, Veronica menjelaskan bahwa dapur diposisikan sebagai inti penyedia makanan, namun di balik itu diharapkan tumbuh komunitas yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat.
"Supaya ketika dapur dimulai, kearifan lokal masuk, kedaulatan pangan masuk, seperti yang disebutkan, tidak bisa semua sama rata," jelasnya.
Terpopuler
1
Istikmal, LF PBNU Umumkan Awal Rajab 1447 H Jatuh pada Senin 22 Desember
2
KH Abdullah Kafabihi Mahrus: “NU Menyangkut Jutaan Orang, Tidak Bisa Disamakan dengan Pesantren”
3
Hasil Musyawarah Kubro di Lirboyo: Serukan Islah hingga Usulkan Penyelenggaraan MLB
4
Data Hilal Penentuan Awal Bulan Rajab 1447 H
5
Dianjurkan Puasa Rajab Mulai Besok, Ini Niatnya
6
Lembaga Falakiyah Instruksikan Rukyatul Hilal Awal Rajab 1447 H
Terkini
Lihat Semua