Sampul buku "Biografi Foto Tiga Kyai Pendiri NU Jilid 1 KH M. Bisri Syansuri (Denanyar)" yang masih dicetak secara terbatas.
Yusuf Suharto
Kolomnis
Pada Sabtu, 13 Juni 2020, penulis kedatangan seorang tamu jurnalis dan penulis buku Jejak Laskar Hizbullah Jombang, dan (bakal) buku Biografi Foto Tiga Kyai Pendiri NU Jilid 1 KH M. Bisri Syansuri (Denanyar), Moch Faisol.
Di akhir pertemuan kami bertukar hadiah buku. Pak Faisol menyerahkan dua karyanya tersebut. Sementara kami menyerahkan dua buku karya kami: Khazanah Aswaja (tim) dan Ahlussunah wal Jama'ah Fikih dan Landasan Amaliyah.
Dua karya Pak Faisol adalah dua buku yang sangat penting. Buku Jejak Laskar Hizbullah Jombang ini penting karena merekam kiprah perjuangan Laskar Hizbullah terutama di Jombang, dan dengan karya ini, diharapkan lebih banyak lagi buku serupa yang merekam perjuangan para santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah di berbagai daerah.
Dan, yang sedang kita telaah ini adalah (bakal) buku "Biografi Foto Tiga Kyai Pendiri NU Jilid 1 KH M. Bisri Syansuri (Denanyar)". Sebuah buku penting biografi dengan menggunakan foto sebagai basis analisisnya.
Sepertinya, hingga saat ini, belum ada yang menulis buku dengan format biografi foto. Yang ada selama ini adalah buku biografi berbentuk tulisan, yang kemudian disisipi foto-foto sebagai pelengkap. Dalam biografi foto, titik beratnya adalah justru pada fotonya, dan diberi keterangan. Karena itulah foto yang ditampilkan harus benar-benar valid, baik dari orisinilitasnya, sumber asal dan perolehannya, peristiwa dan waktunya, pentashih foto, serta cerita di balik foto tersebut.
(Bakal) buku Biografi Foto Tiga Kyai Pendiri NU ini masih dikopi secara terbatas, dengan xvii+100 halaman. Sang penulis berancang bahwa pada momen Hari Santri, 22 Oktober 2020 buku biografi foto ini sudah siap launching resmi dengan banyak penambahan halaman, dan data foto-foto terbaru Kiai Bisri Syansuri.
Dengan demikian, membincang bakal buku biografi foto pendiri NU ini menjadi penting, karena harapannya, masyarakat membantu menemukan dan dengan kerelaan hati menyerahkan foto-foto yang dimiliki, dari para pendiri NU, khususnya untuk edisi pertama ini adalah foto-foto asli Kiai Bisri Syansuri.
Walau buku ini adalah edisi pertama yang menganalisis foto-foto Kiai Bisri Syansuri, namun juga dimuat tiga foto pendiri NU dalam satu frame, yaitu KH Muhammad Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri, bersama para ulama lainnya. Dan inilah foto satu-satunya dalam satu frame tiga pendiri NU, yaitu dalam Muktamar NU ke-14 di Magelang pada 1939. Sekaligus inilah foto termuda versi buku ini, tentang Kiai Bisri Syansuri, yang pada 1939 adalah berusia 53 tahun. Dalam foto ini ada juga foto KH R. Asnawi Kudus, KH Mahfudz Kudus, KH Baedhowi Lasem, KH Dahlan, dan KH Siroj Magelang.
Tiga potret pendiri NU dalam satu bingkai: KH Muhammad Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri
Namun, ada data terbaru, bahwa foto termuda Kiai Bisri Syansuri adalah pada tahun 1936, ketika usia beliau 50 tahun, yakni saat Rabithah Alawiyah berkongres pertama pada 15 Januari 1936 mengundang perwakilan HBNO (PBNU), yang diwakili KHBisri Syansuri. Demikianlah, Rabithah Alawiyah, sebagai organisasi yang menghimpun WNI keturunan Arab, dan khususnya para Alawiyin keturunan Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wassalam, memang berkomunikasi baik dengan Nahdlatul Ulama. Keakraban itu misalnya saat Rabithah Alawiyah terbentuk pada 1928, pengurusnya berkunjung silaturahim ke kantor HBNO (PBNU) di Bubutan Surabaya.
Yang menarik, walaupun sebagai tokoh Dwi Tunggal dalam NU, hanya ada dua foto Kiai Wahab dan Kiai Bisri dalam satu frame, dengan pose berdua saja. Foto yang diambil tahun 1956 itu adalah di ndalem (kediaman) Kiai Wahab di Tambakberas, yaitu di teras depan ndalem, dan teras belakang ndalem. Keberadaan dua foto ini pun karena sebagai pemotretan untuk keperluan penyusunan buku Sejarah Hidup KH A. Wahid Hasyim (Menteri Agama, dan menantu KH Bisri Syansuri).
Memang banyak foto beliau berdua bersama, tapi selalu dengan para ulama lainnya. Atau, ada pula foto posisi duduk bersama di depan, berdua saja, dan di belakang beliau berdua, adalah foto para ulama yang lebih muda, antara lain terlihat KH Mohammad Dahlan (Mantan Ketua PBNU, dan Menteri Agama). Foto dengan posisi ini ditemukan dalam acara Pengajian Umum, pada 1971, ketika usia Kiai Bisri 85 tahun.
Foto Kiai Bisri dan Kiai Wahab dalam frame yang sama dan cuma berdua, tahun 1956.
Walaupun memang, di antara ketiga pendiri NU, yang paling banyak ditemukan adalah foto KH Bisri Syansuri, kemudian menyusul KH Abdul Wahab Chasbullah, dan Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari. Hingga kini, kata Pak Faisol, baru ditemukan hanya lima foto KH Hasyim Asy'ari. Saking sulitnya menemukan foto beliau, ada yang usul buku jilid ketiga nanti judulnya adalah "Menemukan Foto Keenam KH Hasyim Asy'ari". Harapannya, bukan berhenti pada enam foto, tetapi banyak foto tentang KH Hasyim Asy'ari, sebagaimana juga foto KH Abdul Wahab Chasbullah.
Kiai Hasyim Asy'ari meninggal pada 1947. Kiai Wahab meninggal pada 1971, dan KH Bisri Syansuri meninggal pada 1980. Dari masa kewafatan ini, menjadi wajar yang lebih banyak ditemukan adalah foto KH Bisri Syansuri. Dalam buku ini, foto Kiai Bisri sendirian ada 9 foto. Dan di antara ketiga pendiri NU ini, hanya Kiai Bisri yang fotonya berwarna. Sebab, film atau klise foto berwarna baru masuk dan populer di Indonesia setelah tahun 1971.
Keunikan dan orisinalitas karya Pak Faisol ini adalah karena buku ini membincang dan mengaji foto, kemudian dijelaskan konteks peristiwanya. Bahkan diurutkan dari tahun termuda hingga 1980. Sehingga, buku ini mampu menjelaskan keaslian foto sekaligus kebenaran keterangannya. Dalam bakal buku ini, Faisol mengumpulkan aneka foto Kiai Bisri, kemudian memilahnya antara foto asli dengan foto lukisan atau editan teknologi komputer. Keterangan foto yang kurang akurat, ia luruskan dengan verifikasi dan validasi.
Foto Kiai Bisri yang lahir pada Rabu, 18 September 1886, dalam buku ini adalah dalam rentang 1939 hingga 1980. Pak Faishol dalam buku ini berhasil menemukan 70 foto dan konteks KH Bisri Syansuri. Dari sekian banyak itu diperoleh dari sumber yang variatif. Dari sumber buku, foto didapatkan dari buku Sejarah Hidup KH A. Wahid Hasyim (terbit pada 1957, karya H. Aboebakar), Sunan Ampel (karya KH Ibrahim Said), Al-Maghfurlah KH M. Bisri Syansuri, Cita-Cita dan Pengabdiannya (terbit pada 1983, karya KH Abdul Aziz Masyhuri), Pertumbuhan dan Perkembangan NU (terbit awal pada 1985, karya Choirul Anam), Berangkat dari Pesantren (terbit pada 1987, karya KH Saifuddin Zuhri), Kiai Bisri Syansuri Pecinta Fikih Sepanjang Hayat (terbit pada 1989, karya KH Abdurrahman Wahid), buku Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973 (terbit pada 1991, editor Dwipayana), Biografi KH Bisri Syansuri Pendiri PP. Mambaul Maarif Denanyar Jombang (terbit pada 2014, karya Hilmy), Kiai Bisri Syansuri Tegas Berfikih Lentur Bersikap (terbit pada 2015, karya KH Abdussalam Shohib, dkk).
Foto juga diperoleh dari dokumen Pondok Denanyar, misalnya ketika Kiai Bisri Syansuri berpidato di suatu tempat, pada 1960, ketika beliau berusia 74 tahun. Ada yang dari dokumen keluarga, misalnya dari keluarga KH Ahmad Hafidz Ahmad, KH Abdul Aziz Masyhuri, Bani Fattah, dan dokumen Gus Sholah, yaitu foto Kiai Bisri ketika acara pernikahan Gus Sholah pada 2 Agustus 1968. Menarik juga, bahwa acara pernikahan juga menjadi sumber yang penting. Gambar Kiai Bisri ditemukan juga di foto pernikahan Gus Dur pada 1968 (yang diwakili Kiai Bisri); di pernikahan KH Abdul Aziz Masyhuri pada 1972, di pernikahan Gus Hubbi Syauqi pada 1977, dan pernikahan Gus Sholah pada 1968.
Foto juga ada yang dari koleksi para Kiai. Contohnya foto Muktamar NU ke-14 yang menampilkan tiga foto pendiri NU, di Magelang, koleksi KH Muhammad Sirodj pada 1996, yang diperoleh dari H. As'ad Noor (Sekretaris Ranting NU Payaman Secang Magelang), pada 03 November 2019. Ada yang diperoleh dari Twitter, misalnya foto KH M. Ilyas, KH Wahab Chasbullah, KH Ridwan Abdullah, dan KH Bisri Syansuri ketika memandu acara sidang khusus Syuriyah PBNU, pada Muktamar NU ke-19 di Palembang pada 1952.
Ada yang diperoleh dari website dan blogspot, misalnya foto Kiai Bisri bersama para ulama dalam Konferensi Ulama di Istana Bogor, pada 1954. Ada yang diperoleh dari para alumni, misalnya koleksi foto H. Sumadi yang ditemukan pada 1 Maret 1997. Sebagai alumni ia selalu menyimpan foto Kiai Bisri di dalam dompetnya. Ada juga yang diperoleh dari beberapa majalah, misalnya majalah Aula yang menampilkan berita kewafatan Kiai Bisri pada Aula edisi No. 3, tahun II, Jumadil Ula, 1400 H/ April 1980 M, dan dari majalah Pantjaran Ampera, foto Kiai Bisri bersama para ulama ketika pembukaan Muktamar NU ke-24 di Gedung Dwikora Bandung, tahun 1967. Ada yang dari sumber Youtube, ketika Kiai Bisri menjadi anggota DPR dari Partai NU, pada 1971. Youtube yang diunggah pada 05 Juli 2018 ini ketika Kiai Bisri bersama Presiden Soeharto berjalan menuju tempat pelantikan pimpinan DPR MPR hasil pemilu 1971.
Hematnya, banyak peristiwa penting foto, di antaranya adalah foto pada Muktamar NU ke-14 di Magelang (1939), Kunjungan ke Mesir pada 1955, Pertemuan Ulama Membahas Penerjemahan Quran pada 1964, Akad Nikah Gus Dur di Denanyar pada 1968, Haflah Akhir Sanah di Pondok Denanyar pada 1976, Kunjungan Menteri Agama, Prof. Mukti Ali di Denanyar pada 1977, dan lain-lain.
Setiap foto di buku ini akan diberi keterangan waktu, tempat, peristiwa, jenis foto, status sahih, pentashih, sumber asal, diperoleh dari, dan keterangan.
Berikut ini adalah contohnya:
Waktu: 20-25 Desember 1971
Tempat: Surabaya
Peristiwa: Muktamar NU ke-25
Jenis foto: Monokrom
Status tashih: Sahih
Pentashih:
Sumber asal: Buku
Diperoleh dari: Twitter (@MuktamarNU), 5 April 2015
Keterangan: Pada keterangan foto terbaca K.H. Ali Ma’sum (Lasem) K.H.A. Wahab Chasbullah. K.H. Bisri Sjansuri, sedjenak di medan Mu’tamar N.U. ke-25 di Surabaja. Terjadi salah tulis pada keterangan foto tersebut. Seharusnya yang benar adalah KH Maksum Ahmad alias Mbah Maksum Lasem. Sedangkan KH Ali Ma’sum adalah dari Krapyak dan bukan yang ada dalam foto itu. KH Ma’shum Ahmad Lasem (lahir 1860/1870 – 28 April 1972). Sedangkan KH Ali Maksum Krapyak (2 Maret 1915 – 7 Desember 1989)
Demikianlah, hemat penulis, biografi foto adalah dampingan dari buku biografi bentuk tulisan. Keduanya saling melengkapi. Biografi tulisan, berisi tulisan kronologi peristiwa dan kerap dibubuhi foto. Sementara itu, biografi foto, adalah berfokus pada foto, kemudian dianalisis, diverifikasi dan divalidasi. Dengan biografi foto, akan tersingkap data misalnya cara sang kiai berpakaian. Terlihat, Kiai Bisri berkecenderungan memakai baju putih, atau kadang dipadukan dengan jas. Dari foto kita juga bisa melihat bahwa beliau punya tahi lalat di bawah kuping leher kiri. Beliau terbiasa memakai kopiah putih, atau berbalutkan serban putih. Beliau sama sekali tidak pernah memakai kopiah hitam.
Kiai Bisri memiliki tahi lalat cukup besar di leher di bawah telinga kiri
Dengan foto, kita menjadi tahu bagaimana suasana peristiwa foto, misalnya prosesi pemakaman KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri yang dipadati ribuan peziarah, dan dihadiri banyak ulama, tokoh dan pejabat. Sementara itu, hingga saat ini belum ditemukan foto pemakaman KH Hasyim Asy'ari. Harapannya, dengan adanya ulasan ini dan bakal buku ini, masyarakat bisa berpartisipasi. Bagi masyarakat yang mempunyai koleksi foto para pendiri NU, dan berkenan menyumbangkan foto koleksinya, dapat menghubungi nomor WA penulis, Moch Faisol di 082244099176.
Demikian, wallahu a'lam.
Yusuf Suharto, pengajar di Pondok Pesantren Denanyar Jombang, Jawa Timur; peneliti Aswaja NU Center PWNU Jatim
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua